HIV-AIDS, KONSER MUSIK, WARIA DAN KONDOM

Desember datang lagi. Orang-orang mulai berkoar-koar tentang penanggulan dan pencegahan HIV AIDS. Inilah catatan kecilku tentang beberapa even atau usaha penanggulangan HIV AIDS yang sempat kutonton di televisi rumahku.
Konser Musik. Makhluk yang satu ini ibarat jemuran saja, pakaian apapun dengan merek dan harga berapapun bisa dipajang diatasnya, tak akan ada orang yang heran. Konser music, dalam suasana dengan semangat apapun bisa saja dialakukan. Pengumpulan dana korban bencana bisa dengan mengadakan konser music, peringatan hari lahir dan hari mati seseorang lagi-lagi dengan konser music, masuk bulan puasa juga dengan konser music, lebaran juga dengan konser music. Peringatan HIV AIDS juga dengan konser music, -musik dengan lirik cinta yang dangkal yang berorientasi syhwat-. Hanya saja wajah-wajah yang terlibat dalam konser-konser semacam itu adalah wajah-wajah hura-hura. Jika saja konser music diadakan untuk sebuah tema –HIV AIDS misanya-, untuk apakah orang-orang itu datang berjoged? Apakah dengan kesadaran utuh untuk mencegah HIV-AIDS atau untuk joged hura-hura sambil senggol-senggol seperti orang sedang kena setrum?. Kawan, bantulah aku mencari relevansi yang masuk akal antara konser music seperti itu dengan semangat pencegahan HIV AIDS.

Kontes Waria (berita trans 7 tadi pagi). Lah ini apu pula!?. Bukankah prilaku homoseksual adalah salah satu media penyebaran HIV AIDS yang efektif? Prilaku mereka betul-betul menjijikkan, binatang saja tak ada yang memiliki orientasi seksual homseks seperti para waria itu. Sepertinya alam demokrasi ala barat yang menegaskan kebebasan individu yang tak terbatas telah memaksa kita menerima kelainan homoseks sebagai pilihan individu, bukan sebagai penyakit yang harus segera disembuhkan.

Kampanye penggunaan kondom. Aku sangat yakin orang-orang yang terlibat kampanye ini punya sejarah masa lalu yang kelam. Kemungkinan pertama, mereka suka tidur di kelas waktu guru menerangkan pelajaran. Kemungkinan kedua, dulu mereka mengalami kejadian yang membuat mereka menjadi sosok yang punya logika aneh. Kemungkinan ketiga, orang-orang ini telah dirasuki setan westernisasi. Kemungkinan ketiga, mereka mengalami kelainan mata yang akut sehingga tak bisa lagi membedakan benda mana yang lebih besar dan benda mana yang lebih kecil, bukankah virus HIV berikuran 1/250 milimikron sedangkan pori-pori lateks bahan kondom dalam keadaan meregang berukuran 1/60 milimikron. Kemungkinan keempat, mereka adalah tenaga marketing pabrik kondom. Entahlah, bisa tanggal kuku ini menulis semua kemungkinan.

Hujan…,
Laut…,
Gunung…,
Akhirnya ku mengerti, marah kalian karena apa… 

Oleh: Isral Naska

Label:

0 komentar:

Posting Komentar

MOhon kritik dan sarannya..!!

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Blog Archive

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers