Biarlah Kuburan itu Hilang Datar dengan Tanah

Menjelang bulan puasa, salah satu pemandangan yang sering kita lihat adalah ramainya orang mengunjungi pemakaman. Kuburan-kuburan dibersihkan sedemikan rupa, dikasih beraneka bunga, disirami air dari beraneka botol. Akupun termasuk salah satu dari orang-orang yang berkerumunan di lahan pemakaman pada hari-hari jelang puasa.

Jikalau sudah di depan makam, ada-ada saja orang yang membelai-belai nisan kuburan, lalu berbicara dengan makam seolah-olah berkomunikasi dengan jenazah di dalam sana. Juga tidak sedikit yang kulihat curhat dengan makam. Itu dilakukan oleh banyak orang termasuk keluargaku sendiri yang curhat-curhat di hadapan makam almarhum ayahku. Persis seperti yang kawan-kawan lihat di sinetron-sinetron.
Seringkali ku menggerutu dalam hati jika saudaraku atau ibuku berbicara dengan “ayah” yang berada di dalam kubur. “Apa gunanya berbicara dengan makam dan membelai-belai nisannya?”.

Kawanku yang baik, bukankah yang di dalam makam itu adalah jenazah yang sudah membusuk dimakan si cacing dan teman-temannya?. Mana mungkin ia bisa mendengar curhat kita yang masih hidup sementara ia habis dilahap bangsa cacing.

Arwah jenazah juga tak berada di dalam kubur. Arwah jenazah itu tempatnya di alam kubur bukan di dalam kubur. Ku sampai merasa kasihan dengan para pendahulu kita itu, sudah mati-pun masih dibebani oleh orang hidup dengan curhat-curhatan mereka tentang berbagai masalah.

Kawan ku yang baik, sebenarnya yang paling diharapkan pendahulu kita itu adalah doa-doa penyejuk yang kita lantunkan untuk mereka setiap selesai shalat, bukan mengunjungi kubur mereka. Ingatkan nabi kita pernah mengatakan bahwa ziarah kubur itu gunanya untuk mengingat mati?.

Sadar bahwa aku tidak bisa mengingatkan mereka yang curhat-curhat itu, termasuk saudaraku dan ibuku itu, kusampaikan pada istriku di rumah “jika abang mati, tak usahlah kubur abang ditembok atau dikunjungi, biarlah kuburan itu hilang datar dengan tanah, cukup-lah doa-doa penyejuk yang dikirimkan, pasti doa-doa itu menyenangkan…”,

dan ia pun menangis…

Oleh: Isral Naska

Label:

1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    http://mubas.wen.ru/aqidah/09_Ziarah_Kubur.txt

Posting Komentar

MOhon kritik dan sarannya..!!

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Blog Archive

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers