Perjalanan Menapaki Guru Kehidupan

Ujian semester telah berakhir. Itu artinya aku telah bisa sedikit bernapas lega, setidaknya menjelang semester selanjutnya. Aku tengah bersiap menikmati libur semester ini yang terhitung hanya tiga minggu. Tak terlintas di pikiran ingin berlibur ke mana awalnya, hingga aku bercerita kepada seorang sahabat yang kebetulan juga sedang memasuki masa awal liburnya. Dalam pembicaraan itu, akhirnya terlintas di pikiranku untuk mangajak sahabat itu berlibur ke Pekanbaru.

Setali tiga uang, rupanya sahabatku tadi menyambut ide itu dengan antusias. Karena dia juga adalah seorang yang juga hobi jalan-jalan dan senag mencoba hal yang baru. Tanpa pikir panjang langsung disusun agenda perjalanan. Disepakati kami akan berangkat hari Kamis pagi. Perjalanan akan dimulai dari kota Padang dengan mengendarai sebuah sepeda motor keluaran Jepang dan akan mampir dulu di kota Payakumbuh untuk menyambangi seorang teman. Barulah dari Payakumbuh perjalanan dilanjutkan menuju Pekanbaru.

Kamis pagi adalah hari yang cerah. Mulai dari hari kamis itulah cerita perjalanan ini dimulai. Segala persiapan telah disiapkan dan kami pun siap malaju menuju Pekanbaru, ranah Lancang kuning. Setelah sarapan dengan segelas kopi dan sepotong roti, tepat pukul 8.30 WIB kami siap melaju di atas dua roda menuju kota Pekanbaru. Motor mulai dipacu dengan kecepatan sedang meliuk-liuk di atas aspal yang dihiasi sedikit lubang hadiah dari truk barang yang selalu kelebihan muatan.

Hangatnya mentari pagi mengiringi perjalanan kami ketika itu. Setelah mengisi bahan bakar di sebuah SPBU di Kayu tanam perjalanan kami lanjutkan kembali. Tujuannya adalah menjambangi seorang sahabat di Payakumbuh sebelum ke Pekanbaru. Tak ada hambatan yang berarti dalam perjalanan, hingga kami tiba di Payakumbuh tepat pukul 11.45 WIB dan mampir dulu di rumah seorang teman tadi.

Hampir empat jam kami habiskan waktu bercengkrama dengan dia. Setelah makan siang dan menikmati segelas kopi kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Pekanbaru. Kawan, dengan bermodalkan hobi jalan-jalan dan mencari suadara baru di berbagai daerah, kami tak perlu merogoh kocek untuk makan siang dan minum kopi. Ada seorang sahabat yang dengan senang hati menyediakan itu semua. Kiranya inilah keuntungan nyata menurutku dari hobi jalan-jalan, di samping pengalaman dan tambahan pengetahuan.

Rintikan hujan sempat menghadang kami sesaat setelah meninggalkan rumah seorang teman tadi. Berhenti sebentar, Setelah sedikit rintikan hujan tadi berakhir, cuaca kembali cerah, dan perjalanan kembali dilanjutkan. Motor kembali dipacu, kali ini kawankulah yang jadi joki. Giliran aku yang duduk manis di jok belakang sambil menyandang sebuah tas.

Kami begitu menikmati perjalanan ini. Jujur saja ini adalah perjalanan pertama buatku dan sahabatku tadi. Keindahan alam dan sejuknya udara begitu terasa ketika kami mulai memasuki kecamatan Harau. Motor terus dipacu meliuk-liuk menjejal setiap jengkal aspal hitam hingga berselang beberapa jam kami sampai di Kelok Sembilan. Pemandangan alam yang indah dan suasan pengerjaan jembatan layang di Kelok Sembilan memaksa kami untuk menghentikan laju sepeda motor dan berhenti sejenak untuk melakukan ritual berfoto ria. Setidaknya foto-foto tersebut bisa jadi jejak perjalanan kami di kemudian hari. Tak sampai lima belas menit kami habiskan waktu di sana. Perjalanan kembali dilanjutkan, karena kami harus mengejar target sampai di Pekanbaru menjelang isya.

Setiap rambu-rambu penunjuk arah tak luput dari perhatianku dalam perjalanan ini. Akulah yang berposisi sebagai penumpang merangkap navigator karena perhatian temanku harus fokus ke jalan, agar kami tak tamat kalimat di jalan raya akibat kelengahan dan juga tak tersesat dalam perjalanan. Yah, begitulah kesepakatan tak tertulis dalam perjalanan antara aku dan sahabatku.

Berselang satu jam semenjak kami berhenti di Kelok Sembilan tadi, akhirnya kami sampai di sebuah jembatan yang panjang melintasi danau Mingkuang. Di sana kami melihat banyak juga pengendara yang berhenti. Menyaksikan keadaan seperti itu, kami pun memutuskan untuk ikut serta berhenti. Menyaksikan pemandangan yang tak kalah menarik dengan pemandangan di kelok Sembilan, kamipun kembali melaksanakan aksi foto-foto. Dalam perjalanan kali ini mendadak kami kena virus narsis dan bawaanya pengen berfoto disetiap moman yang indah dalam perjalanan.

Setelah berhenti beberapa menit di jembatan tersebut dan sesi foto-foto kami anggap cukup, motor kembali dipacu menuju kota Pekanbaru yang jaraknya masih sekitar 100 kilometer lebih dari tempat kami berhenti itu. Kondisi jalan yang cukup bagus dan tidak terlalu ramai membuat temanku bisa memacu motor dengan agak kencang dari sebelumnya.

Di Bangkinang sahabatku tadi menepi, dan menyerahkan kendali sepeda motor kepadaku. tanpa banyak kata langsung aku gantikan posisinya. Dari Bangkinang ke Pekanbaru motor tidak bias lagi dipacu dengan kecepatan tinggi, karena arus lalu lintas sudah cukup ramai dan Susana sudah gelap karena mentari sudah kembali ke peraduannya. Tepat pukul 19.20 WIB kami menginjakan kaki di ranah lancing kuning. Tujuan utama kami terlebih dahulu adalah rumah salah seorang family.

Kami disambut dengan hangat oleh family dan para sahabat yang ada di Pekanbaru. Dan dengan senang hati mereka siap jadi tour guide kami selama di Pekanbaru. Kami menghabiskan waktu empat hari di Pekanbaru untuk jalan-jalan dan mengunjungi para sahabat di Pekan baru, sebelum akhirnya kami kembali ke kota Padang. Kami menginjakan kaki kembali di kota Padang tepat pada hari Senin, pukul 20.40 WIB.

Lelahnya perjalanan tak begitu kami rasakan. Perjalanan Padang-Pekanbaru tak menyematkan kepenatan yang berati di tubuh kami. Jika kawan bertanya mengapa? Maka jawabanya adalah karena kami melakukannya dengan hati senang. Apapun jika dilakukan dengan hati senang, tentu tidak akan menyisakan rasa letih. Nah, begitulah kiranya perjalanan kami kali ini.

Jujur saja kawan, banyak pelajaran yang dapat aku petik dari perjalanan kali ini. Sebenarnya ke Pekanbaru saat ini, bukanlah ke Pekanbaru yang pertama buatku. Namun, entah kenapa berkunjung ke Pekanbaru di kesempatan ini begitu terasa istimewa dari kunjungan-kunjungan sebelumnya. Mungkin karena banyak pelajaran yang aku dapat itulah alasanya.

Kalau boleh sedikit bercerita, maka dari perjalanan inilah aku mengetahui bagaimana kerasnya kehidupan di rantau orang yang dilakoni oleh sahabat-sahabatku yang tengah mengadu peruntungan di negeri Lancang kuning itu. Dari perjalanan ini jugalah aku semakin paham bahwa menjalin silaturrahim itu memudahkan reski dan melapangkan hidup. Perjalanan kali ini juga memperlihatkan kepadaku arti tulus sebuah persahabatan.

Kawan, sejatinya guru kehidupan itu ada di mana-mana. Melakukan perjalanan adalah salah satu cara menemui dan mengambil pelajaran darinya. Inilah ceritaku dalam perjalanan menapaki guru kehidupan, lalu apa ceritamu,..???


Padang, 22022012


Label:

1 komentar:

Posting Komentar

MOhon kritik dan sarannya..!!

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers