Cinta Oh Cinta

Dia datang bagaikan setetes cahaya yang akan menerangi segumpalan hati mereka yang di hampirinya.. Ketika dia datang dunia seolah berputar pelan dan dan anginpun berhembus tenang. Dunia serta merta terasa lapang dan indah. Begitulah alam terasa ketika cinta mulai menyapa dan meyeruak masuk ke dalam relung hati dua insan berbeda jenis. Sulit memang diungkapkan dengan kata-kata, tapi dia begitu nyata terasa dan memenuhi setiap relung hati manusia yang dihampirinya, tidak jarang juga tergambar jelas dalam laku manusia.

Cinta akan berbeda makna jika sampai pada tangan dan pandangan individu yang berbeda pula. Mereka yang tidak begitu menyukai cinta, menyebut cinta sebagai tanggung jawab. Mereka yang bermain dengan cinta, akan memandang cinta sebagai permainan. Mereka yang belum memiliki dan mendapatkan cinta, menerjemahkan cinta dalam bentuk impian. Mereka yang mencintai, menyebut cinta adalah takdir. Mereka yang telah bahagia dengan cinta menganggap cinta sebagai nafas kehidupan dan berkah pembawa nikmat. Ya, cinta itu relative tergantung sudut pandang kita memandang.

Cinta bukanlah barang baru yang menjadi penghias kehidupan manusia di bumi ini. Boleh dikatakan umur cinta itu sama tuanya dengan bumi ini. Bukankah Allah menciptakan bumi nan elok ini adalah sebagai wujud cintaNya kepada hambaNya, yaitu kita─manusia─. Cinta itu akan tetap ada selama manusia dan makhluk lain juga masih ada. Kita lahir ke muka bumi ini adalah karena buah cinta antara ayah dan ibu kita. Kita tumbuh menjadi sesosok manusia dewasa adalah karena cinta dan kasih orang tua kepada kita. Cinta adalah bahan dasar kehidupan hati seorang manusia. orang yang tidak punya cinta pada hakikatnya hanya mengenggam dunia dari kulit luarnya saja.

Bicara soal cinta, belum ada seorangpun ahli yang bisa mendefinisikan cinta secara jelas dan mendalam. Belum ada defenisi baku tentang cinta. Juga belum ada teori yang mengulas persoalan cinta. Dan belum ada terdengar sampai saat ini ada seseorang yang dikenal sebagai pakar cinta. Cinta sangat sulit untuk didefenisikan dan disamakan maksudnya antara satu individu dengan individu yang lain. Karena memang cinta dan rasa cinta itu berbeda antara yang dirasakan oleh seseorang dan orang lain. Cinta juga akan berbeda tergantung waktu, tempat, cara menikmati dan penikmat cinta itu sendiri, seperti yang telah dikemukakan di atas.

Meskipun terjemahan dan defenisi cinta itu sangat banyak dan tidak ada yang sama. Namun yang jelas tujuan utama dari cinta itu adalah membahagiakan para penganutnya. Kebahagian yang memberikan percikan-percikan kenikmatan dan kepuasan bagi mereka yang tengah dimabuk cinta. Tidak hanya itu, kadang kala nikmatnya cinta justru akan lebih terasa setelah seseorang merasakan bagaimana pedihnya sayatan sembilu cinta. Intinya tujuan utama dari cinta adalah tetap untuk mendatangkan kebahagian kepada manusia yang telah dihinggapi hatinya oleh cinta. Kalau pun ada tangis dalam cinta itu adalah bumbu-bumbu agar cinta lebih bermakna dan bisa lebih dinikmati oleh para penganutnya, jika para pecinta dapat melihat sisi positif dari setiap adengan yang disajikan oleh cinta. Setidaknya bisa untuk menghargai cinta.

Cinta bukanlah barang aneh untuk dikenal dan dibicarakan. Cinta bukanlah produk haram yang tidak boleh dirasakan dan dinikmati. Tapi cinta adalah bagian dari sisi indah kehidupan manusia di muka bumi ini. Cinta adalah pemberian dan anugrah Allah yang diberikan kepada setiap hambaNya. Cinta adalah bumbu nikmat menambah gairah dua insan dalam mengharungi bahtera kehidupan.

Cinta itu adalah fitrah manusia yang dianugrahkan Rabb Maha Pengasih kepada hambaNya. Cinta kadang mewarkan gelak tawa, kadang menyuguhkan derita. Indah, ceria, dan kadang merana itulah rasa cinta. Rasa seperti itu terjadi bukan karena cintanya, tapi lebih disebabkan oleh kesalahan dan kegagalan kita dalam menyikapi cinta. Bisa jadi kesalahan dalam melabuhkan cinta pada hati yang tidak tepat. Atau bisa juga karena melabuhkan cinta pada waktu yang tidak tepat.

Yang jelas sejatinya cinta itu tetap akan memberikan kebahagiaan yang memercikan kenikmatan, kepuasan, dan ketentraman pada penikmatnya. Maka bersyukurlah orang yang telah dikaruniai cinta dan dapat menyikapinya dengan baik dan bijak. Cinta itu unik, bisa membuat mereka yang merasakannya tidak berselera makan atau tidak nafsu makan. Bahkan tak jarang cinta bisa membuat seseorang nekat mengakhiri hidup.

Lalu bagaiman jika cinta telah menghampiri hati kita? Apakah perlu syarat untuk menerima dan memulainya? Jika Tuhan menuntun kita dan menghantarkan kita pada cinta, maka terimalah cinta itu seraya tetap menilai dan mengenal cinta yang datang itu cocok atau tidak dengan pribadi kita. Ketika mencintai, jangan pernah menyesal meskipun cinta itu pada akhirnya akan menyakiti kita. Sejatinya ketika Tuhan sang Pemilik cinta membawa kita kepada cinta, maka Dia akan memampukan kita mengahadapi setiap persoalan dan permasalahan yang disodorkan oleh cinta. Kalaupun kita gagal dan kecewa, anggaplah itu sebagai sarana pendewasaan diri dan batu loncatan untuk menggapai cinta yang lebih baik dan lebih membahagiakan. Karena kita tidak akan mungkin bisa hidup tanpa cinta.

Jika kita boleh sedikit beranalogi, maka melabuhkan cinta itu sama ibaratnya dengan orang yang sedang menunggu angkot atau bis kota. Kadang kita terlalu memilih dan banyak syarat untuk menaikin angkot atau bus kota itu, padahal tujuannya tetap sama yaitu mengantarkan kita ke tujuan. Angkot pertama datang dan berhenti di depan kita. Kita melihat sejenak. Ah, angkotnya penuh, sesak, dan tidak nyaman. Tunggu saja angkot berikutnya. Angkot selanjutnya datang dan berhenti di hadapan kita. Kita lihat dan berkata dalam hati, “angkotya tidak bagus, musiknya tidak enak dan terlalu banyak orang tua di dalamnya. Tunggu angkot selanjutnya”. Angkot selanjutnya pun datang. Angkotnya bagus, nyaman, musiknya menarik, dan kita berminat. Namun sayang, angkotnya berlalu begitu saja seolah tidak melihat kita yang sedang menunggu.

Waktu terus berlalu, dan kita baru sadar kalau kita akan terlambat menuju tempat yang akan kita tuju. Sesaat kemudian angkot datang. Kita sudah tak sabar dan sudah tidak terlalu memperhatikan lagi angkot yang akan kita naiki. Pikiran kita terlalu fokus kepada takut terlambat setelah terlalu memilih diawal-awal tadi. Angkot tadi berhenti di hadapan kita. Kita segera menghambur menaiki angkot itu. Setelah beberapa saat, kita baru sadar bahwa angkot yang kita tumpangi tadi jurusannya tidak sama dengan tujuan yang kita tuju. Kita pun tersadar bahwa telah menyia-nyiakan waktu, dan keterlambatan menuju tujuanpun tidak terelakan lagi.

Dari analogi yang kita utarakan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melabuhkan dan menambatkan cinta di hati seseorang kita terlalu memilih. Mencari yang ideal 100% untuk menjadi pasangan kita dalam mengharungi samudra kehidupan dengan berbidukan cinta yang akan kita bina. Padahal tidak ada di dunia ini manusia yang benar-benar ideal 100%. Tidak ada pribadi yang sempurna. Dan kalau boleh jujur, kita pun tidak akan pernah 100% ideal sesuai dengan yang dia─pasangan kita tadi¬─ inginkan.

Memberi syarat dan menggariskan syarat-syarat tertentu kepada calon pasangan kita boleh-boleh saja dan wajar adanya. Namun, juga tidak ada salahnya jika kita memberi kesempatan kepada mereka yang berhenti di depan kita dan berusaha mencoba mengisi ruang hati kita dengan cintanya. Toh, kalaupun tidak cocok, kita bias berteriak “kiri!” dan turun dengan sopan. Dengan kata lain kita dapat mengakhiri hubungan itu dengan cara baik dan sopan. Yang jelas, memberi kesempatan atau tidak kepada orang yang datang membawa cintannya kepada kita itu tergantung kita. Pertimbangannya, daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju tujuan kita, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi. Semuanya berpulang kepada pribadi kita masing-masing. Karena cinta adalah persoalan pribadi.

Kawan, cinta nan suci dan agung itu akan selalu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan. Sering kali untuk menemukan cinta sejati dan agung itu membutuhkan waktu yang lama dan penantian yang panjang. Karena terkadang untuk memberikan sesuatu yang indah itu Tuhan mewujudkan dalam waktu yang lama. Bukankah kota Roma nan elok itu tidak dibangun dalam waktu semalam bukankah kuntum mawar merah yang indah itu tidah tumbuh dalam waktu sehari. Adrea hirata bilang “Tuhan tahu, tapi menunggu”. Tidak ada salahnya menunggu dan bersabar menanti cinta sejati, dari pada memilih yang ada namun tidak membahagiakan dan sia-sia. Hidup ini terlalu singkat untuk dihiasi dengan sesuatu yang sia-sia.

Allah yang mengetahui hal terbaik untuk kita kadang akan menguji kita untuk mengetahui kesungguhan kita. Tak jarang Allah juga melukai hati kita dengan cinta. Dan membuat kita menagis tersedu-sedu karena cinta. Yakin hal itu adalah supaya kita dapat merasakan hikmah dan nikmat dari cinta yang kita bina. Lebih jauh lagi, agar kita tidak menyia-nyiakan cinta yang agung dan suci itu.
Gapailah cinta sejatimu, dan berbahagialah dengan cinta…!!!

Padang, 21 Juli 2011, 18: 08 WIB
Oleh: Heru Perdana Putra

Label:

0 komentar:

Posting Komentar

MOhon kritik dan sarannya..!!

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers