Menabung dan Berbagi Penyakit dengan Rokok

Bicara tentang rokok , tentu pembicaraan tentang sebuah benda berbahan dasar tembakau yang dikemas dalam berbagai corak ini sudah tidak asing lagi di pendengaran kita. Hampir setiap hari dalam kehidupan ini kita disuguhkan dengan pemandangan bagaimana manusia begitu asik menghisap makluk bernama rokok itu. Entah itu di jalan, entah itu di angkutan umum, di warung, dan bahkan di kampus-kampus pemandangan seperti itu sudah lumrah kita temui. Bahkan tak jarang di area yang sudah dipasang peringatan dilarang merokokpun masih kerap kita temukan kepulan asap rokok dari hidung dan mulut para perokok yang seolah tidak membaca peringatan itu. 

Sepertinya sudah sulit untuk menemukan tempat yang terbebas dari asap rokok di negeri ini. Rumah sakit yang notabene adalah tempat pemuliahan orang sakit, tempat yang seharusnya bebas dari asap rokok, tempat yang tidak sedikit tulisan “dilarang merokoknya”, ternyata juga tidak terlepas dari asap rokok. Ironisnya sebahagian dari asap rokok itu adalah sumbangan dari hisapan rokok para petugas medis yang tahu tentang betapa pentingnya nilai kesehatan. Aneh memang, tapi itulah yang terjadi. Dan yang lebih aneh lagi pemandangan seperti itu dinilai biasa-biasa saja oleh mereka pecandu makhluk aneh berbentuk selinder itu.

Pernah suatu ketika saya bertanya kepada para pengemar berat benda selinder berukuran sekitar 8 cm yang berisi tembakau itu. “sebenarnya apa sih enak dan untungnya merokok itu?” begitu saya bertanya kepada mereka. Tidak satu pun dari mereka yang bisa menjawab pertanyaan saya itu dengan benar dan logis serta dapat diterima akal sehat. Dan tak jarang juga dari mereka hanya menjawab dengan erengan senyum yang tak jelas maksud dan maknanya. Lagi-lagi saya dihadapkan kepada kejadian aneh dan sedikit lucu terkait persolan rokok dan para pencandunya.

Bahkan ada yang ketika saya tanya, bukannya memberikan jawaban, eh malah menyuruh saya merokok. Aneh bukan? Mengaku pecandu dan penggemar rokok, yang kadang rela tak makan asal bisa menghirup asap rokok yang penuh racun itu, ditanya apa nikmat rokok saja tidak bisa jawab. Kenapa mereka tidak bisa menjawab? Karena memang tak ada manfaat dari aktivitas merokok itu. kalau pun ada mereka yang mengatakan bahwa merokok dapat menghilangkan stress dan membangkikan semangat kerja, itu hanya bualan dan omong kosong belaka. Seolah tidak ada saja sarana penghilang stress selain merokok. Betapa piciknya pemikiran seerti itu.

Tahukah kawan, di balik kemasannya yang apik. Bentuknya yang unik rokok menyimpan sekitar 4000 racun yang jelas-jelas berdampak negatif terhadap kesehatan kita. Dengan demikian ketika merokok sama saja kita sedang menabung penyakit dan berbagi penyakit dengan orang yang di sekitar kita. Karena menurut penelitian terbaru pengaruh buruk asap rokok tidak hanya berdampak buruk terhadap orang yang merokok saja, namun juga berpengaruh bagi mereka yang tidak merokok tapi berada di sekitar orang merokok. Yang lebih popular dikenal dengan istilah perokok pasif.

Bahaya merokok terhadap kesehatan telah banyak diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin serta berbagai penykit lainnya. Para produsen rokokpun agaknya menyadari akan bahaya ini, sehingga mereka memampang dengan jelas efek negatif dari merokok. Saya rasa para pecandu rokok pun menyadari akan bahaya asap rokok itu. Tapi entah kenapa mereka tetap saja merokok?

Di tengah mengerikannya bahaya rokok yang telah ditemukan oleh para ahli kesehatan dan di sadari oleh banyak orang, ada fakta menyedihkan yang patut jadi perhatian kita bersama. Di mana saat ini jumlah perokok remaja kian meningkat. dan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) fakta menyedihkan itu banyak ditemukan di nagara-negara sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Bahkan WHO telah memperingati bahwa pada tahun 2020-2030 tembakau akan membunuh sepuluh juta orang per tahun. Ini jelas merupakan tantangan terbesar dalam meningkati kualitas kesehatan masyarakat.

Berangkat dari fakta nyata tentang bahaya rokok, agaknya para ulama Indonesia juga turut andil dalam memperhatikan kesehatan umat dengan mengeluarkan fatwa tentang pelarangan dan pengharaman merokok. Namun sayang fatwa tersebut tidak mengikat secara keseluruhan. Hanya beberapa aspek saja yang tecakup dalam fatwa pengharaman rokok tersebut. Merokok hanya dihramkan bagi ibu hamil, anak-anak dan merokok di tempat-tempat umum. Setidaknya kebijakan itu juga harus kita dukung dan kita beri apresiasi, untuk langkah awal mewujudkan negeri bebas asap rokok.

Jika dilihat dari sisi kebijakan pemerintah, ternyata pemerintah juga tidak bisa berbuat banyak terkait persoalan rokok ini. Karena memang pemerintah tidak bisa menghilangkan rokok di Negara kita tercinta ini. Setidaknya ada dua pertimbangan kenapa pemerintah masih membiarkan paprik rokok beroperasi di Indonesia. Yang Pertama, karena memang salah satu penyumbang cukai terbesar Negara adalah dari rokok. Kedua, pemerintah belum siap menyediakan lapangan kerja baru untuk para buruh yang bekerja dan hidup dari rokok, jika seandainya pabrik rokok ditutup serta impor rokok dihentikan.

Mengingat begitu sulitnya mewujudkan negeri bebas asap rokok, maka solusi paling baik serta paling cerdas untuk saat ini bagi kita yang menyadari akan penting dan mahalnya kesehatan adalah menjauhkan diri dari rokok.



Padang, 11 Juli 2011, 18:10 WIB

*Oleh: Heru Perdana

Label:

0 komentar:

Posting Komentar

MOhon kritik dan sarannya..!!

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers