Hidup Dengan Bumbu Sukses dan Kegagalan

Kitika kita hidup di dunia ini, kita selalu dihadapkan pada keadaan di mana segala sesuatu itu diciptakan kebanyakan berpasang-pasang.ada yang tinggi dan ada yang rendah. Ketika ada pendakian, juga akan diikuti dengan penurunan. Kesusahan akan selalu disandingkan dengan kemudahan. Keindahan berpasangan dengan kejelekan. Adanya yang kaya juga membuat adanya yang miskin. Dan keadaan perpasangan yang lainnya. Semua telah diatur begitu indah oleh Yang Maha Kuasa dengan pasangannya masing-masing. 

Layaknya yang lain, adanya kesuksesan juga menghendaki adanya kegagalan. Karena memang itulah pasangannya. Kenyataan seperti itu juga sudah merupakan hukum alam yang akan selalu menghiasi alur kehidupan kita di hamparan bumi Allah yang indah ini. Kita tentu tidak mungkin mengecap manisnya madu kesuksesan tanpa tahu dahulu bagaiman pahitnya sebuah kegagalan.

Siapapun dia, saya, anda dan kita semua mungkin sudah sangat sering menemukan sebuah kenyataan yang sering disebut dengan istilah “kegagalan dan kesuksesan”. Dari mana pun kita berasal, dengan kondisi dan latar belakang keluarga bagaimanapun, dan apapun suku dan bangsa kita, kita tidak akan mungkin terlepas dari dua kata yang saling berpasangan itu. Suka ataupun tidak, rala atau terpaksa, kesuksesan dan kegagalan akan tetap menghampiri hidup kita. Mungkin saja intensitas dan kualitasnya saja yang akan berbeda-beda antara kita dan orang lain.

Kadang kita hanya suka dengan yang namanya “kesuksesan” saja tanpa mau menerima “kegagalan”. Jangankan untuk menerima lalu mersakan, bahkan untuk mendengar dan membicarakan kegagalan saja kita enggan. Kita terlalu takut dengan hadirnya kegagalan dalam hidup kita ini. Seolah kata kegagalan itu adalah momok paling yang menakutkan dalam hidup kita. Sehingga sering kali hal itu membuat kita lupa bahwa sebuah kesuksesan tidak akan serta-merta diraih tanpa hadirnya sebuah kenyataan pahit “kegagalan”. Sejatinya dari kegagalanlah kita tahu apa itu kesuksesan dan keberhasilan.

Memang sebagian besar jiwa manusia tidak suka akan hadirnya kegagalan, jiwa kita lebih cendrung kepada kesuksean saja. Karena memang begitulah sifat dasar manusia, maunya enak saja. Kita selalu berharap dalam setiap usaha yang kita lakoni dalam setiap babak kehidupan ini selalu dihiasi dengan kesuksesan, namun kenyataan seperti itu tidak pernah selalu terjadi. Tidak ada orang yang dalam hidupnya meraih seratus persen sukses, tatap saja ada kegagalan yang mengikuti gerak langkah hidupnya. Kita harus menyadari bahwa tidak semua akhir dari sebuah usaha adalah sukses, dan juga tidak akan selalu gagal. Intinya kesuksesan dan kegagalan akan selau terjadi silih berganti dalam kehidupan insan di dunia ini.

Jika kita kembali menilik sejarah,memperhatikan perjalanan hidup orang-orang terdahulu yang sukses, yang telah memberikan kehidupan nan begitu indah kepada kita saat ini melalui kesuksesan yang diraihnya, maka kita akan banyak menemukan catatan-catatan kegagalan yang menemui setiap derap langkah perjuangan mereka, hingga akhirnya manisnya madu kesuksesan dapat direguknya dan diwariskannya kepada kita saat ini. kita jangan mengira bahwa kesuksesan yang mnereka raih itu adalah tanpa melalui kegagalan terlebih dahulu. Mereka yang sukses itu adalah mereka yang sudah kenyang dengan yang namanya kegagalan.

Sebut saja seorang fisikawan besar abad dua puluh, Albert Einsten yang telah puas dengan bumbu kegagalan dalam hidupnya. Ia pernah berkata tentang kegigihan dan ketekunan kerja yang ia jalani sepanjang karirnya. Einsten mengatakan, “ saya berfikir terus menerus, berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun . Sembilan puluh Sembilan dari kesimpulan saya adalah keliru. Namun kesimpulan saya yang keseratus saya berhasil dan sukses”.

Pernyataan Albert Einsten tadi telah menjelaskan secara gamblang kepada kita bahwa dalam sejarah panjang kehidupan seorang ilmuan besar seperti dirinya lebih banyak didominasi oleh kegagalan sebelum akhirnya ia berhasil meraih sukses yang telah berhasil membuat namanya dikenang sampai saat ini.

Belum lagi Thomas Alfa Edison, seorang ilmuan yang telah berhasil menemukan bola lampu pijar dan telah memegang rekor 1.093 paten atas namanya. Pria ini juga tidak kalah dengan Albert Einsten dalam merasakan yang namanya kegagalan. Namun ia tidak patah arang dan berhenti melakukan penelitian dan percobaan. Ia juga pernah berkata, “Saya percaya, hidup merupakan sebuah perjuangan. Kegagalan adalah suatu jalan menuju pintu kesuksesan. Kita bisa belajar dari kegagalan”. Thomas Alfa Edison menemukan ribuan cara agar lampu tidak dapat menyala karena ia gagal beribu-ribu kali pula.

Jadi jelas, bahwa kesuksesan yang mereka perolah bukanlah hasil kerja kemaren sore. Itu semua mereka dapatkan dengan usaha yang luar biasa dan pengalaman kegagalan yang mungkin sudah tak terhitung lagi banyaknya. Bahkan nabi Muhammad Saw, orang yang begitu suci dan telah dijamin oleh Allah kehidupannya juga pernah mengecap yang namanya gagal. Beliau pernah gagal dalam beberapa perperangan yang terjadi, sebelum sukses dengan gilang gemilang dalam menaklukan kota Makah. Gagal dan sukses akan menghampiri siapa pun. Dia datang kepada siapa saja tanpa pandang bulu dan melihat status sosial mereka.

Kita juga tidak bisa pungkiri bahwa sukses dan gagal yang hadir dalam kehidupan kita juga sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh seberapa gigih serta giatnya kita bekerja dan berusaha. Mereka yang giat dan gigih dalam berusaha akan lebih berpeluang banyak memperoleh kesuksesan. Dan sebaliknya, bagi mereka yang lebih banyak malas dalam berusaha, maka akan berpeluang mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya. Kalau ia jadi siswa, ia akan jadi siswa yang gagal. Jika ia jadi mahasiswa, maka ia akan jadi mahasiswa yang gagal. Seandainya ia jadi pengusaha, maka ia juga akan jadi pengusaha yang gagal. Mungkin saja kalau ia berkeluarga, maka ia akan jadi suami, istri, ayah atau ibu yang gagal pula. Yang jelas bagi mereka yang malas sejarah hidupnya akan lebih banyak diwarnai oleh tinta “kegagalan”.

Sukses dan gagal juga tidak bisa ditentukan dengan uang atau materi. Memang secara teori , mereka yang kaya akan berpeluang untuk meraih sukses yang lebih banyak ketimbang mereka yang miskin. Namun pada kenyataannya dalam realita kehidupan tidak selalu demikian. Tidak selamanya orang kaya yang bergelimang materi itu selalu sukses. Dan juga tidak selamanya mereka yang kurang beruntung alias miskin selalu memperoleh kegagalan. Allah Yang Maha Kuasa akan memberikan sukses dan gagal itu kepada hambanya secara adil sesuai dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seorang hamba.

Sukses dan gagal tidak bisa diukur dengan uang dan materi saja. Sukses dan gagal itu mencakup semua hal. Betapa tidak, berapa banyak kita lihat mereka yang kaya dan berlimpah materi yang selalu bergelut kemewahan, namun kehidupan keluarganya kacau dan berantakan. Berapa banyak pula mereka yang berasal dari keluarga miskin dan hidup prihatin berhasil jadi pemimpin, penjabat, tokoh masyarakat, dan pengusaha yang sukses. Satu pelajaran menarik yang dapat kita ambil dari sini, bahwa sukses dan gagal itu akan hadir menghampiri semua orang, apapun latar belakang kehidupan mereka.

Sukses dan gagal juga tidak bisa ditunjukan dengan hanya melihat dari satu sisi kehidupan saja. Boleh jadi seseorang itu gagal di satu sisi dan meraih sukses di sisi yang lain. Intinya kesuksesan dan kegagalan akan terus terjadi dalam kehidupan kita sesuai dengan tingkat usaha yang kita lakukan.

Antara kesuksesan dan kegagalan ibarat dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dalam hidup kita. Jadi kita tidak usah terlalu takut dalam menghadapi kegagalan. Yang lebih penting dan yang harus kita tahu adalah bagaimana cara menghadapi, menerima serta menyikapi sebuah kegagalan. Agar kita bisa belalajar dari pahitnya kegagalan, lalu mereguk manisnya madu kesuksesan dengan belajar dari pengalaman kegagalan yang harus kita sikapi dengan cerdas dan dewasa.

Lalu bagai mana dengan kesuksesan? Kesuksesan juga bukan barang langka yang sulit kita rasakan dalam kehidupan kita. Selagi kita mau berusaha, maka harapan untuk sukses itu masih tetap ada. Kadang kawan, menyikapi sebuah kesuksesan itu jauh lebih sulit ketimbang meraihnya. Betapa banyak orang yang salah dan keliru dalam menyikapai kesuksesannya. Mereka gelap mata lalu sombong dan lupa bersyukur dengan kesuksesan yang telah mereka raih. Seolah mereka lupa siapa yang memberikan kesuksesan itu kapada mereka. Jadi, layaknya kegagalan, kita juga harus bisa menyikapi kesuksesan dengan baik dan sesuai sehingga kesuksesan di dunia akan bisa menghantarkan kita kepada kebahagiaan di akhirat kelak.



*Oleh: Heru Perdana P.

Label:

0 komentar:

Posting Komentar

MOhon kritik dan sarannya..!!

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers