Berjuang, Lalu Nikmati Kesuksesan

Kehidupan ini terdiri dari rangkaian demi rangkaian perjuangan untuk mengapai sesuatu. Ya, tak ada dalam hidup ini yang bisa didapatkan dengan instan, semua butuh proses dan perjuangan. Meski pun ada saya berani bertaruh kalau tidak akan tahan lama. Bersinar sebantar lalu redup dan padam. Sudah banyak contoh dipertontonkan oleh lakon kehidupan bahwa yang instan itu tidak akan bertahan lama. Sebut saja beberapa artis yang terkenal secara mendadak, tenar sebentar lalu redup dan menghilang. Kenapa itu terjadi? Alasanya adalah proses yang dijalani untuk sampai ke titik itu tidak cukup untuk membuat dia bertahan diterpa badai persaingan. Dan banyak contoh lain lagi.


Kawan tentu masih ingat dengan sebuah cerita yang mungkin sangat sering kita baca atau dengar ketika kita masih dudk di bangku sekolah dasar dulu. Kisah tentang dua ekor monyet yang yang berebut sebatang pohon pisang. Kira-kira ceritanya seperti ini. Pada suatu hari ketika dua ekor monyet sedang bermain di tepi sungai, mereka melihat sebatang pohon pisang yang hanyut. Dengan bersusah payah mereka menyeret batang pisang itu ke tepi sungai.

Ketika sudah sampai di tepi sungai, maka dua ekor monyet tadi sepakat untuk membagi batang pisang menjadi dua. Monyet pertama yang bermentalkan instan ingin mendapat bagian setengah ke atas. Kenapa? Alasannya sederhana kawan, karena pikirannya yang picik mengangap bahwa bagian atas dari pisang tadi telah berdaun dan tidak akan lama lagi tentu akan berbuah. Sementara monyet kedua harus berusaha legowo menerima jatah batang pisang setengah ke bawah yang masih memiliki akar sebagai cikal kehidupan si batang pisang. Setelah kata sepakat didapatkan, maka bergeraklah dua ekor monyet tadi ke kebun masing-masing dengan mengotong separoh dari batang pisang jatah masing-masing.

Pisang telah ditanam. Hari pertama belum ada perubahan. Pisang monyet pertama masih berdaun hijau. Sementara pisang monyet kedua belum memperlihatkan tanda-tanda kehidupan. Hari berganti dan waktu pun terus berjalan. Mulailah tanda-tanda kematian nampak pada pisang milik monyet pertama. Berbanding terbalik dengan pisan monyet kedua yang gurat kehidupan kian tampak jelas pada pisang yang ditanamya. Alhasil, pisang monyet kedua tumbuh dan berbuah, sedangkan monyet satu hanya merataipi pemikiranya yang salah dengan melihat kematian pisangnya. Harapan ingin cepat mandapatakan hasil malah menuai sebauh penyesalan.

Kawan, setidaknya kisah ini sudah bisa jadi pelajaran bagi kita. Bahwa untuk mencapai sebuah kesuksesan itu perlu melewati beberapa proses sebelum menuai hasil sebagai wujud dari perjuangan kita dalam menapaki jalan menuju kesuksesan. Sejatinya proses inilah yang nantinya sangat menentukan bagaimana indahnya sebuah keberhasilan. Kita akan tahu manisnya sebuah kesuksesan dari pahitnya perjuangan yang telah kita lalui. Hidup adalah proses, maka mari kita nikmati proses itu.

Kadang sepintas lalu kesuksesan itu memang tampak mudah dan cepat. Karena kita menyaksikan di media-media yang diperlihatkan itu adalah keajaiban dari sebuah kesuksesan, bukan proses bagaimana kesuksesan itu dapat diraih. Sekali lagi saya katakan, sukses itu tidak instan, yang bisa kita lakukan hanyalah mempercepat prosesnya, bukan mengapainya dengan cara instan.

Dalam sebuah proses menuju kesuksesan perjuangan dan kesabaran mutlak diperlukan. Tanpa ini sulit kiranya kita akan sampai pada sebuah titik yang disebut dengan kesuksesan. Ada yang mengatakan bahwa orang tidak akan disebut sukses, jika belum melakukan perjuangan untuk meraih kesuksesannya. Dan sesuatu yang diperoleh tanpa usaha, sungguh itu bukanlah sebuah kesuksesan.
Mari berjuang lalu nikmati kesuksesan,..!!



Padang, 25022012

[ Selengkapnya...]
Label:

Lomba menulis antologi FTS Motivasi: “Jangan Menyerah! Bertahan! Bangkit! Menang!”-oleh Kampung WR

Salam Inspirasi,
Mari menulis buku motivasi rame-rame!
Keren loh... selain dibukukan dan terbit Nasional, penulis akan mendapatkan banyak keuntungan.

Gambaran tema lomba:
Lomba menulis ini adalah wadah bagi penulis, untuk berbagi motivasi melalui tulisan yang berdasarkan kisah nyata. Kisah yang terkait dengan ikhtiar menjadi pemenang kehidupan. Dengan harapan, orang yang membaca tulisan tersebut, akan terinspirasi dan menemukani hikmah di balik kisah yang menggugah.

"Cobaan berupa kesedihan dan keterpurukan, menjadi penghalang untuk mewujudkan impian. Jika menyerah saat ujian itu datang, maka kita akan menuai kegagalan. Tapi jika bertahan, lalu bangkit, Insya Allah akan meraih kemenangan. Maka, jangan pernah menyerah! Bertahanlah! Lalu bangkit. Insya Allah kita akan jadi pemenang kehidupan." Ini salah satu pesan yang terkandung dalam buku antologi kita nanti.

Syarat dan Lomba:

  1. Lomba terbuka untuk umum. 
  2. Sesuai dengan jenis tulisan ( FTS), maka isi naskah tulisan adalah cerita yang diangkat dari kisah nyata pribadi atau orang lain.
  3. Naskah ditulis dalam bentuk narasi (gaya bercerita yang mengalir).
  4. Naskah ditulis dalam file MW 2003/2007, jenis kertas A4, spasi 2, batas margin 3 cm (1,18 inci) untuk setiap sisi. Jumlah kata dalam naskah minimal 350 - maksimal 500, termasuk judul.
  5. Naskah adalah karya sendiri (bukan saduran) dan belum pernah dipublikasikan lewat media mana pun.
  6. Setiap peserta, melampirkan biodata berupa narasi maksimal 60 kata, lengkap dengan nama/akun fb, alamat lengkap. Yang ditulis di lembar bawah naskah (terpisah).
  7. Naskah FTS dikirim ke email: wrmotivasi@ymail.com berupa attachman, bukan di badan email.
  8. Tulis judul email: FTS MOTIVASI-Nama fb Penulis. Tulis nama file word: Judul FTS-Nama Penulis.
  9. Setiap peserta hanya bisa mengirimkan satu naskah FTS Motivasi terbaiknya.
  10. Lomba ini dibuka pada tanggal 12 Februari 2012 s.d 21 Maret 2012 (Jam 22:00 WIB)
  11. Hasil Lomba akan diumumkan tanggal 28 Maret 2012, Jam 20:12 WIB
  12. Naskah yang dikirim menjadi hak pelaksana lomba untuk dibukukan.
  13. Keputusan Dwan Juri mengikat.
  14. Tag info lomba ini ke minimal 10 orang sahabat fb.

Unsur-Unsur Penting yang dinilai dalam naskah:

  1. Kesesuaian isi tulisan dengan tema lomba. 
  2. Kaidah penulisan (EYD). 
  3. Kekuatan pesan motivasi yang disajikan, serta keunikan kisah yang diceritakan.


Apresiasi lomba:
Naskah FTS dari 100 orang nominator, akan dibukukan.
Hadiah uang tunai untuk pemenang:
Juara I = Rp. 100.000
Juara I =Rp. 75.000
Juara III =Rp. 50.000


Hadiah berupa beasiswa masuk Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) Writing Revolution (WR) untuk 5 orang pemenang favorit.
100 orang nominator, akan mendapatkan e-Sertifikat


Ketentuan mengikat:

Sebagai upaya, untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan Insya Allah akan "membumi". Peserta lomba, yang berhasil lolos sebagai NOMINATOR antologi FTS Motivasi, diwajibkan untuk membayar dana “investasi” Rp.80.000 ke penyelenggara lomba. Info tentang proses pengiriman/transfer dana ke rekening bank, akan dibahas setelah diketahui nama-nama nominator lomba.

 

Berikut fasilitas untuk 100 orang nominator lomba, di antaranya:

  1. Nominator lomba akan mendapatkan 4 buku sebagai bukti terbit, dan dikirim bebas ongkir ke alamat masing-masing! 
  2. 100 orang nominator lomba, secara langsung melakukan amal kebaikan (sedekah). Karena 5 % dari dana investasi yang terkumpul, akan disumbangkan ke anak Panti Asuhan.
  3. Penulis (100 orang kontributor) dapat keuntungan lansung; dari penjualan 3 buku yang diterima (puluhan ribu rupiah) plus tabungan awal dalam KAS ROYALTI Para Penulis. Selain itu, ada Royalti juga dari Penerbit, yang 100 % akan dibagikan untuk Penulis.
  4. Dan banyak lagi keuntungan/kemudahan lainnya.

Penjelasan rencana pemasukan dan pengeluaran dana pelaksanaan lomba plus dana pendistribusian buku, akan disampaiakan secara transparan kepada nominator lomba. Setelah hasil lomba diumumkan.

Kitalah yang memulai, untuk mengapresiasi hasil pemikiran dan kerja keras kita sendiri.
Mari ber-Ibadah dan memetik kemudahan dengan mengumpulkan RP.80.000, Insya Allah, karya dijamin “membumi” dan modal awal segera kembali!!


Semua proses lomba ditangani secara Profesional. Insya Allah antologi kita juga bermutu, karena lahir dari sebuah kompetisi.

Demikian Info lomba ini kami sampaikan. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua penulis yang berkenan ikut berpartisipasi.

Wassalam.
Kantor Rumah Motivasi Kelurahan WR, 11 Februari 2012

Penangung Jawab Lomba FTS Motivasi:
Shitie Fatimah Maniez dan Va Ayana Lubis

Ketua Penyelenggara Lomba Menulis: Lurah Kelurahan WR-Rumah Menulis
Erpin Leader

Mengetahui:
Kepala Pusat SMO WR: Hylla Shane Gerhana
Presiden Direktur SMO WR: Joni Lis Effendi
Sponsor Lomba: SMCO WR: http://menulisdahsyat.blogspot.com/2011/03/sekolah-menulis-cerpen-online-smco.html

*)Sumber: Kampung Writing Revolution-Rumah Penulis

[ Selengkapnya...]

Gelar dari Minang

Tersebutlah Usman Piliang, seorang supir camat di Kampung Hilir, meminta berhenti karena ingin merantau ke Jakarta untuk mengadu peruntungan. Setali tiga uang, ternyata permintaannya disetujui oleh Pak Camat Kampung Hilir. Dengan begitu berngakatlah dia ke Jakarta untuk melaksanakan niatnya.

Setibanya di Jakarta, mula-mula dia bekerja sebagai tukang angkat di Tanah Abang. Setelah dapat mengumpulkan sedikit modal, dia mulai berdagang. Dengan modal seadanya digelarlah dagangannya di pinggir jalan di Tanah Abang.

Nasib rupanya memihak kepadanya. Singkat cerita, beberapa tahun kemudian dia berhasil memiliki kios kain di dalam pasar. Dia pun berkeluarga dan memiliki 2 anak. Bahkan tahun ini dia membangun rumah di Depok, di lingkungan perumahan dosen UI.

Karena tetangganya semua akademisi, macam-macam gelarnya, ada Prof., ada Phd. dll. Usman merasa malu kalau papan namanya tidak tercantum gelar seperti tetangganya. Dibuatlah papan naman dari perak, dipesan dari Koto Gadang, dengan nama DR.Usman Piliang, MSc.


Kabar kesuksesan Usman merebak dengan cepat di kampungnya. Mendengar kabar tersebut, ayahnya ingin berkunjung ke umahnya di rantau. Ketika ayahnya datang berkunjung, sambil bangga dia bertanya di mana anaknya kuliah, sebab setahu dia, Usman hanya berdagang. Dengan malu-malu Usman menerangkan gelarnya di papan nama itu, "Nama itu artinya 'Disiko Rumahnyo Usman Piliang Mantan Supir Camat'."




Disiko= disini
nyo= nya

[ Selengkapnya...]
Label:

Perjalanan Menapaki Guru Kehidupan

Ujian semester telah berakhir. Itu artinya aku telah bisa sedikit bernapas lega, setidaknya menjelang semester selanjutnya. Aku tengah bersiap menikmati libur semester ini yang terhitung hanya tiga minggu. Tak terlintas di pikiran ingin berlibur ke mana awalnya, hingga aku bercerita kepada seorang sahabat yang kebetulan juga sedang memasuki masa awal liburnya. Dalam pembicaraan itu, akhirnya terlintas di pikiranku untuk mangajak sahabat itu berlibur ke Pekanbaru.

Setali tiga uang, rupanya sahabatku tadi menyambut ide itu dengan antusias. Karena dia juga adalah seorang yang juga hobi jalan-jalan dan senag mencoba hal yang baru. Tanpa pikir panjang langsung disusun agenda perjalanan. Disepakati kami akan berangkat hari Kamis pagi. Perjalanan akan dimulai dari kota Padang dengan mengendarai sebuah sepeda motor keluaran Jepang dan akan mampir dulu di kota Payakumbuh untuk menyambangi seorang teman. Barulah dari Payakumbuh perjalanan dilanjutkan menuju Pekanbaru.

Kamis pagi adalah hari yang cerah. Mulai dari hari kamis itulah cerita perjalanan ini dimulai. Segala persiapan telah disiapkan dan kami pun siap malaju menuju Pekanbaru, ranah Lancang kuning. Setelah sarapan dengan segelas kopi dan sepotong roti, tepat pukul 8.30 WIB kami siap melaju di atas dua roda menuju kota Pekanbaru. Motor mulai dipacu dengan kecepatan sedang meliuk-liuk di atas aspal yang dihiasi sedikit lubang hadiah dari truk barang yang selalu kelebihan muatan.

Hangatnya mentari pagi mengiringi perjalanan kami ketika itu. Setelah mengisi bahan bakar di sebuah SPBU di Kayu tanam perjalanan kami lanjutkan kembali. Tujuannya adalah menjambangi seorang sahabat di Payakumbuh sebelum ke Pekanbaru. Tak ada hambatan yang berarti dalam perjalanan, hingga kami tiba di Payakumbuh tepat pukul 11.45 WIB dan mampir dulu di rumah seorang teman tadi.

Hampir empat jam kami habiskan waktu bercengkrama dengan dia. Setelah makan siang dan menikmati segelas kopi kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Pekanbaru. Kawan, dengan bermodalkan hobi jalan-jalan dan mencari suadara baru di berbagai daerah, kami tak perlu merogoh kocek untuk makan siang dan minum kopi. Ada seorang sahabat yang dengan senang hati menyediakan itu semua. Kiranya inilah keuntungan nyata menurutku dari hobi jalan-jalan, di samping pengalaman dan tambahan pengetahuan.

Rintikan hujan sempat menghadang kami sesaat setelah meninggalkan rumah seorang teman tadi. Berhenti sebentar, Setelah sedikit rintikan hujan tadi berakhir, cuaca kembali cerah, dan perjalanan kembali dilanjutkan. Motor kembali dipacu, kali ini kawankulah yang jadi joki. Giliran aku yang duduk manis di jok belakang sambil menyandang sebuah tas.

Kami begitu menikmati perjalanan ini. Jujur saja ini adalah perjalanan pertama buatku dan sahabatku tadi. Keindahan alam dan sejuknya udara begitu terasa ketika kami mulai memasuki kecamatan Harau. Motor terus dipacu meliuk-liuk menjejal setiap jengkal aspal hitam hingga berselang beberapa jam kami sampai di Kelok Sembilan. Pemandangan alam yang indah dan suasan pengerjaan jembatan layang di Kelok Sembilan memaksa kami untuk menghentikan laju sepeda motor dan berhenti sejenak untuk melakukan ritual berfoto ria. Setidaknya foto-foto tersebut bisa jadi jejak perjalanan kami di kemudian hari. Tak sampai lima belas menit kami habiskan waktu di sana. Perjalanan kembali dilanjutkan, karena kami harus mengejar target sampai di Pekanbaru menjelang isya.

Setiap rambu-rambu penunjuk arah tak luput dari perhatianku dalam perjalanan ini. Akulah yang berposisi sebagai penumpang merangkap navigator karena perhatian temanku harus fokus ke jalan, agar kami tak tamat kalimat di jalan raya akibat kelengahan dan juga tak tersesat dalam perjalanan. Yah, begitulah kesepakatan tak tertulis dalam perjalanan antara aku dan sahabatku.

Berselang satu jam semenjak kami berhenti di Kelok Sembilan tadi, akhirnya kami sampai di sebuah jembatan yang panjang melintasi danau Mingkuang. Di sana kami melihat banyak juga pengendara yang berhenti. Menyaksikan keadaan seperti itu, kami pun memutuskan untuk ikut serta berhenti. Menyaksikan pemandangan yang tak kalah menarik dengan pemandangan di kelok Sembilan, kamipun kembali melaksanakan aksi foto-foto. Dalam perjalanan kali ini mendadak kami kena virus narsis dan bawaanya pengen berfoto disetiap moman yang indah dalam perjalanan.

Setelah berhenti beberapa menit di jembatan tersebut dan sesi foto-foto kami anggap cukup, motor kembali dipacu menuju kota Pekanbaru yang jaraknya masih sekitar 100 kilometer lebih dari tempat kami berhenti itu. Kondisi jalan yang cukup bagus dan tidak terlalu ramai membuat temanku bisa memacu motor dengan agak kencang dari sebelumnya.

Di Bangkinang sahabatku tadi menepi, dan menyerahkan kendali sepeda motor kepadaku. tanpa banyak kata langsung aku gantikan posisinya. Dari Bangkinang ke Pekanbaru motor tidak bias lagi dipacu dengan kecepatan tinggi, karena arus lalu lintas sudah cukup ramai dan Susana sudah gelap karena mentari sudah kembali ke peraduannya. Tepat pukul 19.20 WIB kami menginjakan kaki di ranah lancing kuning. Tujuan utama kami terlebih dahulu adalah rumah salah seorang family.

Kami disambut dengan hangat oleh family dan para sahabat yang ada di Pekanbaru. Dan dengan senang hati mereka siap jadi tour guide kami selama di Pekanbaru. Kami menghabiskan waktu empat hari di Pekanbaru untuk jalan-jalan dan mengunjungi para sahabat di Pekan baru, sebelum akhirnya kami kembali ke kota Padang. Kami menginjakan kaki kembali di kota Padang tepat pada hari Senin, pukul 20.40 WIB.

Lelahnya perjalanan tak begitu kami rasakan. Perjalanan Padang-Pekanbaru tak menyematkan kepenatan yang berati di tubuh kami. Jika kawan bertanya mengapa? Maka jawabanya adalah karena kami melakukannya dengan hati senang. Apapun jika dilakukan dengan hati senang, tentu tidak akan menyisakan rasa letih. Nah, begitulah kiranya perjalanan kami kali ini.

Jujur saja kawan, banyak pelajaran yang dapat aku petik dari perjalanan kali ini. Sebenarnya ke Pekanbaru saat ini, bukanlah ke Pekanbaru yang pertama buatku. Namun, entah kenapa berkunjung ke Pekanbaru di kesempatan ini begitu terasa istimewa dari kunjungan-kunjungan sebelumnya. Mungkin karena banyak pelajaran yang aku dapat itulah alasanya.

Kalau boleh sedikit bercerita, maka dari perjalanan inilah aku mengetahui bagaimana kerasnya kehidupan di rantau orang yang dilakoni oleh sahabat-sahabatku yang tengah mengadu peruntungan di negeri Lancang kuning itu. Dari perjalanan ini jugalah aku semakin paham bahwa menjalin silaturrahim itu memudahkan reski dan melapangkan hidup. Perjalanan kali ini juga memperlihatkan kepadaku arti tulus sebuah persahabatan.

Kawan, sejatinya guru kehidupan itu ada di mana-mana. Melakukan perjalanan adalah salah satu cara menemui dan mengambil pelajaran darinya. Inilah ceritaku dalam perjalanan menapaki guru kehidupan, lalu apa ceritamu,..???


Padang, 22022012


[ Selengkapnya...]
Label:

Catatan Senin Sore

Hari ini adalah hari terkhir liburku, besok aku akan ujian. Harusnya aku menikmati hari libur ini, akan tetapi, entah kenapa hari ini kejenuhanku memuncak. Ketika orang-orang di luar sana bersuka cita menikmati hari liburnya, aku malah merana karena rasa suntuk yang melanda selama hari libur ini

Rasa suntuk hari ini berbeda dengan hari kemaren. Hari ini rasa suntuk itu sudah tak ketolongan dan sudah berhasil mengacaukan persipanku untuk menghadapi ujian hari esok. Jika rasa suntuk kemaren bisa aku enyahkan dari pikran ini dengan melakukan aksi bersih rumah lalu dikuti dengan duduk manis di depan televisi sembari menonton pertandingan sepak bola antara Semen Padang, tim kebanggaan urang awak melawan Arema Indonesia. Namun hari ini rasa suntuk itu tak bisa aku hilangkan dengan cara seperti itu. Akupun telah mencoba cara lain, sudah aku coba membaringkan diri di pembaringan sederhana di kamarku, berharap mata ini bisa terpejam barang satu atau dua jam. Lalu ketika bangun rasa suntuk itu sudah melayang dari pikiranku berganti dengan pikiran yang semangat. Tapi apalah daya, setelah hampir lima belas menit mencari posisi yang nyaman untuk tidur, mata ini tak juga kunjung terpejam. Bahkan rasa suntuk itu kian tajam menghujam di pikiran ini dan perasaan tak nyaman pun sudah mulai menghinggapi.

Tak mau rasa suntuk merajai pikiranku, akhirnya aku bangun dari tempat tidur. Kemudian aku putuskan untuk menyambangi Gramedia saja. Aku bergegas menuju kamar mandi, lalu bersiap meluncur ke tempat faforit untuk mengurai kejenuhan dan melepas suntuk. Setelah bekemas ala kadarnya, akupun mendorong sepeda motor kesayangan keluar dan memeberikan sedikit pemanasan sebalum aku paksa motor itu menggantarkan aku ke Gramedia.


Memang bukan kali ini saja gramedia sebagai tujuan bagiku untuk menghilangkan sara suntuk. Aku sudah terbiasa semanjak duduk di bangku kuliah menjambangi toko buku di kala suntuk menghingapi pikiran di sela-sela aktifitas kuliah. Karena dengan berkunjung ke toko buku ada semancam kesegaran tersendiri yang aku peroleh. Kesegaran yang cukup ampuh membuang rasa suntuk dari pikiranku. Dan tak jarang aku menemukan inspirasi-inspirasi baru sepulang dari berkunjung ke toko buku (gramedia).


Selang beberapa menit, aku telah berada di gramedia. Setelah memarkir motor dan menitipkan tas, aku segera bergegas ke lantai dua. Rak buku baru adalah tujuan utamaku. Buku pertama yang aku pegang adalah buku karangan Dahlan Iskan, mantan dirut PLN yang sekarang sudah jadi menteri. Sudah lama sebenarnya, aku menginginkan membaca buku yang ditulis oleh pria nan terkenal sederhana ini. Sebelumnya aku sudah mendengar bagaimana enaknya membaca tulisan beliau dari beberapa orang teman. Dan aku juga sudah pernah membaca beberapa tulisan beliau.

Tidak hanya satu, tiga buah buku Dahlan Iskan aku temukan hari ini. Semuanya bagus dan menggugah. Namun apalah daya, kali ini aku tak bisa memboyong ketiga buah buku itu sekaligus ke rumah, mengingat kondisi kantong yang sudah mulai meprihatinkan menjelang akhir bulan. Masalah klasik yang sudah tak terelakan bagi setiap anak kos, seperti aku ini.

Setelah menimbang-nimbang keadaan kantong, akhirnya aku putuskan untuk membeli satu dari tiga buku Dahlan Iskan tersebut. Meskipun aku sadar betul kosekuensi dari keputusan ini aku harus mengurangi alokasi dana untuk belanja harian. Meminimalisir pengeluaran yang tidak perlu. Bagiku itu tak masalah. Menurutku dengan membeli buku sama saja kita sedang berinvestasi untuk masa depan. Kawan boleh saja tidak setuju dengan pendapatku, tapi yang jelas itulah prinsipku terkait persoalan ini.

Rasanya jika ke Gramedia, tidak cukup bawa uang hanya seratus atau dua ratus ribu saja. Kadang aku iri, melihat pengunjung yang dengan mudahnya membeli buku tanpa harus cemas dengan keadaan keuangan mereka. Jujur saja kawan, sempat terlintas di pikiranku suatu saat nanti aku akan bisa memebeli semua buku yang aku iginkan, tanpa terkendala urusan keungan. Bahkan aku juga punya impian suatu saat nanti aku akan punya sebuah toko buku. Aku sangat berharap impian ini bisa terwujud dan Allah meloloskan keinginan aku ini. Amiin.

Hari ini rasa suntuk dan kejenuhan yang bersemayam di pikiranku, telah aku tinggalkan di Gramedia. Seperti biasanya, mengunjungi toko buku masih terbukti ampuh menghapus rasa suntuk dari pikiranku. Di samping jalan-jalan, mengunjungi toko buku adalah caraku untuk menyegarkan pikiran dan menghilangkan kejenuhan. Ini caraku, apa caramu?

Padang, 23012012

[ Selengkapnya...]
Label:

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers