Tua itu Pasti, tapi Dewasa Pilihan

Hari telah berganti hari, bulan pun silih berganti, dan tahun pun telah berubah. Waktu terasa begitu cepat berlalu. Tidak terasa, dua puluh satu tahun sudah Aku mengecap pahit manisnya madu kehidupan. Itu artinya sudah dua puluh satu tahun juga aku menikmati seua anugrah Allah. Dua puluh satu tahun juga aku telah bermandikan kasih serta sayang dari ayah dan bundaku. Umur Aku dan anda serta kita semua terus saja bertambah. Nah, itu mengisyaratkan kepada kita bahwa semakin berkurang jatah kita untuk hidup di hamparan bumi Allah nan elok ini.

Ketika aku buka akun facebook yang ku miliki, tak tanggung-tanggung banyaknya ucapan selamat ulang tahun dari sahabat dan teman-temanku. Lama aku termenung melihat itu semua. Di satu sisi, aku bahagia melihat itu, karena teman-temanku masih menaruh perhatian padaku. Namun di sisi lain, ada yang menggagu pikiranku, seiring dengan bertambahnya usia maka akan berkurang juga kesempatanku mengecap manisnya kehidupan.

Perlu kawan ketahui, Aku adalah salah seorang dari mereka yang ulang tahunnya tidak pernah dirayakan. Dan memang aku lah yang menginginkan seperti itu. Begini saja juga sudah cukup. Tidak dirayakanpun usia itu tetap juga akan bertambah. Bagiku ada satu hal yang lebih penting ketimbang sebuah perayaan ulang tahun yang serba mewah itu. Satu hal itu adalah sejauh mana kita bisa berubah ke arah yang lebih dewasa. Dewasa dalam berfikir dan juga dewasa dalam berbuat. Apalah artinya perayaan ulang tahun yang megah dan mewah tanpa didasari dan diiringi dengan sebuah keinginan untuk lebih baik. Kadang kita sering lupa dengan hal ini.

Orang bijak telah mengingatkan kita melalui petuahnya,
Tua itu pasti, tapi dewasa itu pilihan.


Sepenggal kalimat yang sederhana namun sarat makna. Kalimat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa tua itu akan pasti kita temui. Tidak pun kita belajar dan berusaha, yang namanya masa tua tetap juga akan menghampiri. Karena memang waktu adalah sebab dari itu semua. Itu terjadi karena tak seorang pun dari kita yang bisa menghentikan laju perputaran waktu.


Berbeda halnya dengan “kedewasaan”. Kedewasaan tidak akan datang dan dapat diperoleh begitu saja. Kita tentu perlu berusaha untuk mewujudkannya. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk bisa menjadi sesosok pribadi yang dewasa. Belajar di bangku sekolah dan bangku kuliah adalah bahagian dari proses menuju kedewasaan dan kematangan diri. Berinteraksi dengan banyak orang di sekitar kita dan mengambil hikmah dari interaksi tersebut juga proses untuk dewasa. Mau belajar dari masa lalu serta pengalaman juga bisa dikatakan sebagai jalan untuk mendewasakan diri. Dewasa juga ditentukan oleh bagaiman kita mengambil keputusan dalam hidup. Dan banyak cara lainya. Di sinilah letaknya dewasa itu pilihan, karena kita lah yang menentukan. Kitalah yang memilih, mau jadi orang yang dewasa atau tidak. Jika mau, maka ikutilah prosesnya.


Dewasa adalah mampu memposisikan diri di setiap keadaan. mampu berfikir jauh kedepan.
Setiap keputusannya tidak merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain. Orang dewasa menghadapi suatu masalah dengan penuh pertimbangan. Mampu menghargai dirinya sendiri dan orang lain. Tidak memaksakan kehendaknya sendiri.


Ingatlah wahai teman, menjadi pribadi yang dewasa tidak perlu repot-repot harus menunggu tua dulu. Tidak semua orang tua yang dewasa. Banyak di luar sana kita temukan, orang yang sudah tua, namun pola pikirnya masih saja tetap seperti anak-anak. Dan banyak juga anak muda yang telah bisa bersikap dan memandang kehidupan ini layaknya orang dewasa. Karena mereka mau untuk belajar dan mengambil hikmah dari kehidupan ini.


Dewasa adalah pilihan, maka putuskanlah dari sekarang. Kemudian dewasalah dengan cara anda masing-masing.


*Tulisan ini hanya sekedar mengingatkan diri sendiri. Mengingatkan diri sembari menulis. Semoga saja bermanfaat.



*Oleh: Heru Perdana

[ Selengkapnya...]
Label:

Galaunya Hati Seorang Teman

Malam telah larut, mentari sudah lama sekali tengelam di ufuk barat sana. Namun mata ini masih saja enggan untuk dipejamkan. Sudah tiga kali aku coba baringkan badan di peraduan di pojok kamarku, tapi mata ini juga tidak kunjung terpejam. Aku tatap jam dinding bulat warna biru tua,sudah agak usang yang terpasang dengan anggunnya di dinding kamarku, telah menunjukan pukul 00.05 WIB, namun mata ini tetap saja tidak bisa terlelap, padahal kawan-kawanku telah asik bergelut dalam dunia mimpi mereka masing-masing. Iseng, aku buka kembali sebuah laptop warna merah tua yang terletak dengan manis di atas tumpukan buku di kamarku. Sembari meneguk segelas teh hangat yang baru saja aku seduh, segera Aku hidupkan laptop merah tua tadi dan ku sambungkan dengan koneksi internet. Berharap bisa menemukan Sesutu yang bermanfaat di dunia maya. 

Internet telah tersambung, dan akupun segera berselancar di dunia maya dengan membuka sebuah situs yang tengah digandrungi banyak anak muda dewasa ini. Facebook, begitulah nama situs itu. Tanpa ku sadari, ada sebuah sapaan dari seorang teman yang baru saja ku kenal lewat dunia maya melalu chat di facebook.. Obrolan pun berlansung, sejurus kemudian tiba-tiba dia mengatakan bahwa ia ingin curhat kepadaku. Aku langsung berfikir bahwa ada sesosok wanita yang tengah gundah hatinya di seberang sana dan ingin membagi kegalauannya denganku, sekedar meringankan bebannya. Sempat heran juga aku dibuatnya, kenapa wanita itu begitu percaya membeberkan peremasalahnya kepadaku,orang yang baru saja dia kenal. Ada juga sedikit rasa bengga dengan kepercayaan yang diberikan seorang teman dunia mayaku tadi.


***

Temanku tadi telah mulai bercerita dan mencurahkan isi hati yang telah berhasil mengaggu pikirannya beberapa hari ini. Aku tanggapi ceritanya itu dengan serius seraya memberikan sedikit solusi sederhana untuk masalahnya itu. Dari ceritanya tadi taulah aku, kalau temanku itu sedang dirundung masalah khas anak muda zaman sekarang. Masalahnya tak jauh dari soal hati, yaitu cinta. Cintalah yang telah menganggu pikiran temanku tadi. Cintalah yang telah membuat temanku tadi susah memejamkan mata di kamarnya yang sepi nun jauh di sana. Dan cinta juga yang telah bisa menghilangkan nafsu makan kawan dunia mayaku itu selama beberapa hari ini. Ah, kadang cinta itu memang mebingungkan. Indah, ceria dan kedang merana, itulah rasa cinta.


Minah −sebut saja begitu namanya− adalah teman yang baru Aku kenal di dunia maya. Minah seorang wanita yang telah mempunyai pengalaman cinta yang cukup mengesankan sekaligus memprihatinkan. Mina adalah sesosok wanita muda nan anggun yang telah memproyeksikan rasa cintanya kepada seorang laki-laki dengan sebuah ikatan pacaran. Hal itu telah dilakoninya selama kurang lebih satu tahun. Selama satu tahun itu pula si minah dan sang pacar telah merasakan asam garam hubungan pacaran. Satu tahun juga dia telah merajut kasih dengan penuh cinta bersama sesok laki-laki yang katanya mampu mengisi kekosongan hatinya.


Hari-hari minah begitu terasa indah, seolah dunia ini milik mereka berdua. Lelaki itu selau ada jika minah mebutuhkan. Begitu juga minah, akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk sang pujaan hati. Mereka saling menguatkan dan saling mengisi satu sama lainnya. 


Waktu berlalu dan berputar sangat cepat bagaikan bola yang digelindingkan dari puncak bukit. Minah telah hanyut dan terbius dengan perasaan cintanya sendiri. Hingga minah telah berani melakukan hal-hal yang cukup jauh dengan laki-laki pujaan hatinya tadi. Perbuatan yang secara tidak langsung dan tanpa dia sadari telah merusak nilainya sebagai seorang wanita muslimah yang tahu dan paham agama. Minah dan sang pacar telah terjerumus ke dalam jeratan setan dengan melakukan perbuatan yang nyata-nyata bertentangan dengan syari’at yang mereka lakukan atas nama cinta.


Hingga suatu ketika, Minah sadar dengan kesalahan dan kekeliruan yang telah dilakukannya atas nama cinta itu. Ada rasa menyesal dalam hati kecilnya setelah melakukan itu. Ia sadar kalau hubungannya sudah jauh dan keluar dari koridor cinta yang suci yang diidam-idamkanya sejak awal. Itulah bisikan hati nan fitrah yang menolak jika melakukan kesalahan walau dilakukan atas dasar apapun. Gejolak batin seperti itulah yang dirasakan oleh seorang Minah.


Minah kemudian memberanikan diri mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Walaupun berat bagi Minah dan mungkin saja bagi sang pacar, namun minah sudah bulat dengan tekatnya. Minah memutuskan hubungan dan tali cintanya dengan sang lelaki pujuaan hatinya itu, yang telah megajarkannya sisi hitam dari sebuah hubungan pacaran. Berat memang, tapi harus diputuskan. Ia sudah tidak sanggup lagi menuruti keinginan lelaki itu dan larut dalam kesalahan. Ia telah muak dengan rasa bersalah yang selalu menghantui setiap gerak langkahnya.

***

Pengalaman masa lalu itu rupanya yang telah menggagu pikiran temanku tadi. Kegalauan hatinya semakin bertambah ketika datang dua orang lelaki tampan yang ingin mengisi kekosongan hatinya setelah minah memutuskan hubungan dengan pacarnya yang dulu. Minah ingin menerimanya, tapi takt dengan bayang-bayang masa lalu . Matanya suka namun hatinya masih ragu. Ternyata bayangan masa lalu masih saja mengaggu pikiranya, sehingga ia sulit untuk menentukan pilihan. Minah takut kejadian masa lalu terulang lagi. Minah sudah mulai sanksi dengan sosok laki-laki.

Minah telah bercerita semua tentang masa lalunya. Akupun telah mendengar semua pengakuan jujur darinya. Hingga dia bertanya kepadaku, “menurut kamu bagaiman untuk menentukan pilhan terhadap orang yang akan jadi pendamping kita?”. Kemudian aku jawab dengan mengutip sepenggal kalimat dari buku yang pernah aku baca, “ dalam memilih pendamping hidup setidaknya ada beberapa poin penting yang perlu jadi pertimbangan, diantaranya; pertama, liihat agamanya. Yang kedua, perhatikan nasab dan silsilah keluarganya. Yang ketiga, tengok keelokkan parasnya. Dan yang terakhir, lihat harta dan kekayaannya".


Lah abih cakak baru takana silek,
Agaknya pepatah lama ini cocok mengambarkan keadaan seorang Minah sekarang. Dia menyesal setelah melakukan kesalahan yang telah diperbuatnya. Kesalahan yang terjadi karena ketidak mampuanya menolak keinginan seorang lelaki tanbatan hatinya.


Satu pelajaran yang dapat aku, anda dan kita semua ambil dari penggalan pengalaman si Minah tadi, bahwa kesalahan di masa lalu dapat menghantui kehidupan kita di masa depan. Apa lagi kesalahan dalam melabuhkan rasa cinta. Cinta akan bernilai jika dipelihara dengan cara yang tepat dan dilabuhkan pada hati yang tepat. Aku teringat nasihat seorang guru kepadaku ketika aku juga tengah galau kala itu. Guruku itu mengatakan, “Berhati-hatilah mengukir noda di hati. Karena sekali dia terukir maka rasa itu akan selalu datang bak hantu yang akan selalu menghantuimu. Jika itu terjadi maka segeralah minta tolong pada Tuhanmu”.


Memilih pendamping hidup bukanlah perkara mudah. Tidak semudah membalikan telapak tangan, kawan. Minah adalah salah salah seorang yang telah merasakannya. Memilih teman hidup sama artinya dengan memilih masa depan dan menentukan kebahagiaan. Maka berhati-hatilah dalam memutuskannya. Kita jangan menilai seseorang dari keelokan parasnya saja, karena hal itu sifatnya hanya sementara. Kita juga tidak boleh memilih pendamping hidup dengan hanya memandang hartanya saja, karena harta bisa hilang dan lenyap sewaktu-waktu. Cinta yang dibangun atas dasar materi dan perawakan fisik semata akan pudar seiring bergulirnya waktu. 


Cinta yang suci hanya akan lahir dari hati yang bersih yang selalu dihiasi dengan keimanan. Cinta seperti inilah yang nantinya akan mendatangkan kebahagian yang hakiki. Kebahagiaan sejati yang kita harapkan. Bukan cinta yang didasari oleh nafsu. Mulai saat ini mari kita tata hati dengan baik. Mari kita dengarkan kata hati, karena hati kecil tidak akan pernah bohong. Dan iringilah kata hati itu dengan logika yang tepat, agar kita bisa meneguk manisnya madu kebahagiaan.





*Oleh: Heru Perdana ──Sebuah catatan──

[ Selengkapnya...]
Label:

Ibu, Kasih Sayangmu Sepanjang Masa

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa,
Sepenggal lirik lagu di atas kiranya sangat cocok dalam mengambarkan kasih dan sayang seorang ibu kepada anaknya.

Coba mari kita kembali merenung sejenak, sudah berapa tahun kita hidup di dunia ini dan sudah berapa banyak kita membalas tulus kasih seorang ibu?

Apakah kita hadir ke dunia ini begitu saja? Jawabannya tentu saja “tidak”. Ada sesosok pribadi yang telah rela mempertaruhkan nyawanya, sehingga kita bisa menghirup udara segar di bumi Allah yang elok ini. Yah, dialah “ibu”. Seorang wanita berjuta kasih. Lewat pengorbanan dan perjuangan beliau kita bisa mengecap manisnya madu kehidupan. Bukan hanya darah, tetesan air mata dan juga peluh kesakitan, namun juga untaian do’a dan harapan disenandungkan untuk kesejahteraan dan kebahagian kita, anaknya.

Jangan kita mengira kalau perjuangan dan pengorbanan itu dimulai hanya dari semenjak kita lahir saja. Perlu kita sadari bersama, bahwa pengorbanan dan perjuangan itu sudah dimulai jauh sebelum tangisan pertama kita terdengar. Ya sembilan bulan sebelum itu seorang ibu telah mengandung dan membawa kita kemana-mana dengan penuh cinta dan kasih sayang. Belum lagi ketika melahirkan kita, seorang ibu harus bersabung nyawa antara hidup dan mati. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat luar biasa. Hanya wanita yang tangguh dan memiliki cinta kasih yang luar biasa yang mampu menjalani dan melewati itu semua. Cinta kasih itulah yang telah membuat seorang ibu mampu memikul beban yang luar biasa itu. Rasa itu jugalah yang telah membuat ibu sanggup menahan penat, lelah dan berjuta rasa tidak nyaman yang mendera ketika mengandung dan melahirkan kita.

Hari itu kita telah dilahirkan. Kelahiran kita disambut dengan suka cita oleh orang yang ada di sekeliling kita. Sesosok manusia munggil nan lucu telah lahir dari rahim seorang wanita yang tangguh dan penuh kasih sayang−dialah ibu kita−. Penat dan lelah serta rasa sakit seketika hilang ketika mendengar tangisan pertama kita, anaknya yang kelak diharapkan akan membawa sejuta harapan dari beliau. Sesaat setelah, itu sang ibu segera memberikan ASI pertamanya kepada kita. Ketika itulah kita akan meresakan hangatnya aliran cinta dan kasih sayang dari seorang ibu yang tidak akan mungkin terbalas sampai kapanpun. Seiring dengan kelahiran kita, itu artinya perjuangan dan pengorbanan seorang ibu yang lebih berat akan segera dimulai kembali.


Waktu terus saja berjalan, kita telah tumbuh menjadi seorang bayi yang mungil dan lucu. Seorang ibu begitu telaten merawat kita dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus dan tak tergantikan. Ibu rela mengurangi waktu tidurnya demi kenyamanan tidur kita, anaknya terkasih. Seekor nyamukpun tidak direlakan oleh ibu untuk hinggap dan menggigit tubuh kita. Ketika kita menangis, ibu pun dengan sigap mencari sebab kenapa kita menangis. Apakah kerena lapar dan haus atau karena popok anaknya basah dan harus diganti? Ah, sungguh luar biasa kasih sayangmu ibu.


Ibu adalah wanita yang hebat. Bahkan sangat hebat dan luar biasa. Tidak ada satu katapun yang pantas dan bisa untuk melukiskan kehebatan kasih sayang seorang ibu. Ibu adalah sosok pribadi yang pemberi. Seorang pemberi tanpa pambrih dan selalu diiringi dengan hangatnya kasih sayang. Mulai dari do’a, pengorbanan yang tulus, tenaga, fikiran, waktu, harta benda dan juga air mata telah diberikan oleh seorang ibu kepada kita. Hanya satu harapan beliau, yaitu supaya kita−anak-anaknya− bisa bahagia dan hidup sejahtera. Sederhana bukan? Ya, tapi tidak dengan pengorbanan ibu untuk kita, pegorbanan beliau sungguh luar biasa. Kadang agar kita bahagia, tidak jarang seorang ibu harus mengabaikan kebahagiaan untuk dirinya sendiri.


Ketika kita sudah memasuki usia sekolah dan baru saja belajar untuk menulis dan membaca. Seorang ibu dengan begitu sabar dan penuh kasih sayang mendampingi kita dalam mengeja setiap huruf yang kita baca. Ibu juga dengan begitu telaten mengajarkan tangan kita untuk mengukir setiap goresan angka dan huruf di atas lembaran kertas putih. Hal itu terus berlangsung hingga kita pandai dan lancar membaca serta menulis.


Tidak terasa waktu begitu cepat berputar dan berlalu. Kita, bayi mungil nan lucu tadi telah tumbuh menjadi sesosok pribadi yang dewasa. Sekian tahun sudah berlalu semenjak tangisan pertama kita terdengar. Selama itu pula kita telah dibesarkan dan dididik dengan hangatnya sentuhan cinta dan kasih sayang dari seorang ibu. Bahkan sampai saat sekarang ini kita tetap saja merasakan hangatnya aliran kasih sayang ibu itu. Kasih saying yang tidak akan pernah habis sampai kapanpu. Kasih sayang seorang ibu kepada kita ibarat matahari yang tiada jemu menyinari hamparan bumi Allah ini. 


Begitu besar cinta, kasih dan sayang seorang ibu kepada kita. Apakah masih ada alasan buat kita untuk melukai hatinya? Apakah masih ada alasan bagi kita untuk tidak membahagiakan beliau? Tanyalah hati kecil kita masing-masing, dan jawablah dengan jujur setulus hati.


Mulai saat ini mari kita berkomitmen untuk tidak akan melukai hati seorang ibu. Mulai saat ini mari kita berjanji untuk tidak akan membuat seorang ibu meneteskan air mata, akibat luka karena sayatan pisau perbuatan buruk kita. Mulai hari ini mari kita tingkatkan bakhti kita kepada ibu, orang yang telah melahirkan kita. Ketika beliau sudah tiadapun kita masih harus berbakti melalui do’a. Do’a seorang anak yang shaleh.


Ingatlah, Kasih ibu itu sepanjang jalan dan sepanjang masa,….
*Oleh: Heru Perdana ──sebuah renungan──


[ Selengkapnya...]
Label:

Ketika Cinta Mengalahkan Persahabatan

Waktu terus saja berputar dengan begitu cepat. Tidak terasa hampir tiga tahun sudah kejadian itu berlau. Namun kejadian itu masih saja membekas dalam memori otakku ini. Seolah kejadian itu baru saja terjadi sore kemarin. Sedih, malu, marah bercampur aduk jadi satu dan menyesak dalam dada ini ketika kejadian itu terlintas kembali dalam ingatanku. Ingin rasanya aku melupakan itu semua, tapi begitu sulit rasanya.

Kejadian memalukan itu terlalu dalam menghujam dalam relung hatiku ini. Kejadian di mana cinta telah mengalahkan nilai-nilai persahabatan yang tulus dan berakhir dengan sebuah penyesalan yang sangat mendalam, tidak hanya bagi Uyung−begitu dia Aku panggil−yang telah berbuat tapi, juga bagi orang terdekat yang selalu berada disekitar dia. Sungguh pendek pikiran temanku itu waktu itu.

Aku tak mengerti apa yang ada di otak Uyung waktu melakukan itu semua. Mungkin saja Uyung mengira bahwa apa yang diperbuatnya itu hanya akan berakibat baginya. Ternyata dia keliru, karena perbuatannya yang tanpa pertimbangan itu telah meberikan akibat buruk untuk orang tua dan orang-orang di sekelilingnya, termasuk aku dan beberapa orang temanku yang tidak tahu apa-apa tentang masaah itu. Karena kami telah dicoret dari daftar sahabat Uyung jauh sebelum kejadian memalukan itu terungkap. Sebabnya hanya sederhana saja, karena kami tidak setuju dia menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis pindahan yang kami anggap tidak pantas untuk dia. Kami hanya berusaha menjadi sahabat yang baik buat Uyung, yang ingin memberikan yang terbaik juga buat sahabatnya. Hanya itu motivasi kami melarangnya, sederhana bukan? Ya, tapi cukuplah membuat kami terdegradasi dari daftar sahabatnya. Itu semua bukan terjadi serta-merta begitu saja, ada deretan cerita panjang dalam lika-liku perahabatan kami hingga kami terbuang dari daftar sahabatnya.

***

Awalnya kami berasahabat baik-baik saja layaknya orang lain bersahabat. Bercanda bersama, ketawa bersama, ikut merasakan kesedihan kawan ketika mereka sedih, saling berbagi dan saling menguatkan, Saling terbuka, dan banyak hal-hal indah lagi yang telah berhasil kami rajut dalam hubungan persahabatn itu. Bahkan sampai ada seorang teman kami mengatakan, “kalau kita begini terus , rasanya kita sudah seperti saudara ya?” . kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang temanku ketika kami tengah melewati hari indah kami di rumah Uyung.

Namun itu semua hanya tinggal kenangan ketika ada seorang anak pindahan yang telah berhasil mencuri hati Uyung−temanku tadi−. Aku akui kalau wanita itu memang memiliki paras di atas rata-rata. Konon katanya dia juga pindahan dari pulau nun jauh di seberang sana. Dan dia juga kabarnya anak angkat dari kepala sekolah kami waktu itu. Kesan pertama waktu dia baru masuk kelasku cukup mempesona, dia merupakan seorang gadis ayu nan sopan. Senang juga rasanya hati ini melihatnya. Wajar kiranya jika Uyung terpincut dan jatuh hati padanya. Tapi itu hanya kesan pertama dan hanya beberapa minggu saja bertahan.


Samapai kami mulai mendengar berita-berita miring terkait wanita itu. Nah, di sini lah awal konflik itu dimulai. Kami mulai menceritakan berita yang kami dengar kepada Uyung ─ teman malangku tadi─. Awalnya Uyung menerima dan mau mendengar pendapat-pendapat kami. Namun, seiring waktu berjalan, Uyung mulai memeperlihatkan ketidak senangannya dengan masukan-masukan yang kami berikan. Walau bibirnya mengatkan berterimakasih dengan masukan kami, tapi wajahnya dan tatapan matanya jelas-jelas memperlihatkan rona ketidak-sukaan. Betul kata orang kalau mata itu jendela hati.


Sebenarnya kami merasakan ketidak sukaanya itu, tapi kami tetap saja terus menasehatinya dan memberinya masukan. Kami hanya ingin jadi kawan yang baik. Kawan yang mana yang tega melihat kawannya jatuh ke pelukan wanita yang tidak baik dan tidak pantas untuk dia seorang laki-laki yang baik? Kawan yang mana yang tahan melihat kawannya dibodoh-bodohi dan dimanfaatkan oleh orang lain? Kawan yang mana yang mau melihat kawannya menempuh jalan yang salah? Kawan yang baik pasti tidak akan rela sahabatnya terjerumus di jalan yang salah. Nah, begitu juga kami. Akhirnya kami sudah bosan dan akhirnya memberi sebuah pertanyaan kepada Uyung, “Kamu pilih cewek itu, atau pilih kami sahabatmu?”. “Aku lebih pilih cewek ini” ujarnya singkat. Berlinang air mataku mendengar jawabannya tadi. Jawaban yang sama sekali tidak kami harapkan.


Perlu kawan ketahui, kalau Uyung bukanlah orang bodoh dan tidak tahu agama. Dia telah ditempa dengan ilmu agama selama tiga tahun di sebuah pesantren sama dengan diriku. Kemudian melanjutkan sekolahnya ke sebuah madrasah faforit di kota Aku tinggal ini. Tapi, entah setan apa yang telah merasuki jiwanya, sehingga iya mampu melakukan perbuatan bodoh yang hanya layak dilakukan oleh hewan berkaki empat ─maaf kalau terlalu kasar, karena itulah yg telah diperbuatnya─. Dia telah berhasil mencorengkan arang di muka orang tuanya, yang telah berusaha banting tulang untuk membiayai semua kebutuhannya. Tak terbayangkan oleh ku bagaimana malunya orang tua Uyung setelah kejadian itu.


Sapandai-pandai tupai malompek, sakali jatuah juo. Tepat sekali rasnya sebuah pepatah lama yang masih tetap popular sampai saat sekarang ini untuk menggambarkan terungkapnya perbuatan busuknya itu. Uyung lah tupai malang yang telah jatuh tadi. Sekali jatuh tamat sudah ceritanya di sekolahku itu. 


Masih ku ingat sekali bagaimana wajah Uyung saat aku temui dia pasca kejadian itu. Sungguh menyedihkan raut wajahnya,kawan. Aku tanyai dia bersama beberapa orang temanku terkait perbuatanya itu. Kalau saja Aku tidak berusaha untuk menahan seorang temanku yang emosi dan ingin memukulnya mukin sudah lunak si Uyung yang malang ditangan temanku yang emosinya sudah sampai di ubun-ubun tadi. Uyung juga sempat mengatakan kepada kami bahwa dia akan segera meninggalkan kota ini untuk kembali menyambung harapan orang tuanya yang sempat pupus oleh karena ulah bodohnya yang tidak punya perhitungan tadi. 


Masih segar dalam ingatanku bagaimana rona wajah Uyung ketika akan berangkat meninggalkan kota ini di malam itu. Sebuah rona wajah penuh penyesalan. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, dan buburpun telah basi. Juga masih jelas terbayang bagaiman wajah ayahnya dan isak tangis ibunya di malam kepergianya itu. Anak yang dibangga-banggakan selama ini telah mencoreng arang diwajah beliau. Tak sanggup rasanya aku menatap wajah ibu itu. Wajah orang yang telah Aku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Tapi apa boleh buat, aku tak bisa berbuat banyak. Uyung lah pangkal bala dari semua ini.


Di sela-sela isak tangisnya, ibu Uyung masih sempat bertanya kepadaku, “Kenapa kalian biarkan Uyung berbuat seperti ini? Tak tahu lagi ibu mau kemana muka ini diletakkan”. Sungguh tidak mampu aku menjawab pertanyaan ibu tadi. Hanya mata yang berkaca-kaca memendam sedih yang bisa Aku tunjukan, walau di dalam hati aku bergumam, “Sudah kami larang dia menjalin hubungan dengan wanita itu, namun Uyung masih saja berkeras hati dan meninggalkan kami sebagai sahabatnya. Uyung lebih memilih wanita itu ketimbang kami, sahabatnya”.



***
Uyung memang telah pergi jauh, namun dia telah meninggalkan pelajaran berharga buat Aku dan kita semua. Bahwa setiap peruatan buruk yang kita lakukan tidak hanya kita yang akan menanggung akibat dari perbuatan buruk itu. Bisa jadi kelurga, sahabat atau orang sekeliling kita juga akan merasakan akibat buruk perbuatan kita itu. Maka berhati-hatilah dalam berbuat, karena setiap perbuatan pasti mengandung sebuah resiko dan akibat.

Satu hal lagi yang dapat kita jadikan pelajaran dari penggalan cerita Si Uyung ini, bahwa sepandai apapun kita menyimpan sebuah keburukan, cepat atau lambat pasti akan terungkap juga. Sepandai apapun kita menyimpan bangkai pasti akan tercium juga bau busuknya. 


Uyung adalah potret seorang manusia yang telah dibutakan oleh cinta. Cinta memang buta, tapi kita tidak harus dibutakan oleh cinta. Cinta sejati itu harus disalurkan pada saluran yang tepat, yaitu ikatan pernikahan. Jika belum sanggup maka tahanlah dulu, seperti menahan buang air sampai bertemu WC. Jangan kita hanya memperturutkan nafsu dan cinta yang buta saja, sehingga membuat kita terjerat dalam jebakan cinta yang kita buat sendiri.


Mulai saat ini berhati-hatilah dengan cinta. Labuhkanlah cinta itu di hati yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.


*Oleh: Heru Perdana 





–Sebuah catatan−

[ Selengkapnya...]
Label:

Cinta, Pacaran dan Patah Hati

Antara cinta, pacaran dan patah Hati adalah tiga untaian kata yang memiliki hubungan sebab akibat. Cintalah yang mendasari terbentuknya sebuah hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang sering disebut dengan istilah “pacaran”. Dan pacaran sering sekali berakhir dengan sebuah keadaan yang sangat
menyakitkan yaitu “patah hati”. Inilah bentuk dari hubungan sebab akibat dari ketiga kata yang saya maksud tadi. Memang tidak selalu begitu, tapi sering kali itu terjadi. 

Sekarang mari kita pahami betul maksud dari kata itu satu persatu. Bicara soal cinta, belum ada yang bisa memberikan defenisi yang akurat terkait masalah cinta ini. Yang jelas cinta itu selalu ada dan akan selalu ikut serta dalam kehidupan kita. Percaya atau tidak, saya, anda dan kita semua lahir karena cinta. Seorang ibu rela bangun dan begadang tengah malam menunggui bayinya yang masih kecil adalah bentuk dari cinta. seorang ayah yang rela banting tulang untuk menghidupi keluarganya tanpa kenal leleh dan sering lupa waktu, juga bentuk dari cinta. Ini cinta yang sejati yang lahir dari sebuah hubungan yang sejati pula.

Kemudian pacaran, merupakan suatu hubungan asmara antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang didasari oleh rasa cinta dan kasih. Yang jelas hubungan ini belum diikat oleh ikatan suci layaknya pernikahan. Banyak alasan kenapa hubungan itu bisa terjadi. Ada yang mengatakan sebagai wadah untuk saling mengenal pasangan sebelum melanjutkan kejenjang yang lebih serius. Ada juga yang mengatakan hubungan itu dijalin karena mereka butuh seorang teman untuk berbagi. Dan masih banyak alasan lainnya.


Berbagai bentuk dan gaya juga telah diperagakan oleh mereka yang menjalin hubungan pacaran ini. Ada yang memang betul-betul hanya sebatas cara mengenal pasangannya saja sebelum naik level kejenjang yang lebih serius. Ada juga yang menjalaninya hanya sekedar sebagai teman berbagi saja, serta intensitas pertemuan mereka pun diatur sedemikian rupa. Dan ada juga yang menjalani hubungan tersebut layaknya suami istri, dan bedanya hanya saja mereka tidak tinggal serumah. Cara terakhir inilah cara yang paling ekstrim dalam mengekpresikan rasa cinta. Dan jelas-lelas bertentangan dengan syari’at.


Dari sekian banyak cara yang ditunjukan dalam mengekspresikan rasa cinta oleh mereka yang tengah dimabuk rasa itu, tak sedikit dari mereka yang keluar dari koridor-koridor norma agama dan sosial. Tanpa mereka sadari mereka telah terjebak oleh jebakan-jebakan yang mereka ciptakan sendiri. Dan akhirnya tak sedikit juga dari mereka yang merasakan akibat pahit dari suatu hubungan itu, yaitu “patah hati”. Yang merupakan sebuah kenyataan pahit yang tak pernah diharapkan oleh sepasang kekasih yang tengah dimabuk kasih itu. 


Rasa cinta itu memeng unik. Kadang rasa itu bisa membuat mereka yang merasakannya bersorak gembira dan seolah bumi ini berputar pelan bagi mereka. Kadang juga bisa membuat mereka yang dihampirinya tersenyum-senyum sendiri dan sulit untuk memejamkan mata di malam hari. Namun juga tak jarang rasa cinta itu membuat mereka menagis terisak-isak dan menghilangkan selera makan. Ya, itu lah cinta, indah, ceria kadang merana. 


Mulai saat ini mari kita berhati-hati dalam menata hati. Berhati-hati dalam melabuhkan cinta. Karena jika tidak maka rasa cinta itu akan melukai dan merusak hati dan perasaan kita sendiri. Agar kita jangan merasakan apa yang dinamakan “patah hati” itu maka labuhkanlah cinta itu di hati yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.



*Oleh: Heru Perdana

[ Selengkapnya...]
Label:

Kita Hanya Bisa Berencana, Tapi Tuhanlah yang Memutuskannya

Sore itu hujan turun tidak terlalu lebat, namun cukuplah untuk menggagalkan sebuah rencana yang telah Aku susun rapi dari tadi pagi. Ya, gagal sudah rencana itu. Aku pandangi dari balik jendela kamarku rintikan hujan menari turun membasahi hamparan bumi Allah ini. Rintikan hujan yang telah berhasil membuat rencanaku gagal berantakan. Rasa kecewa tentu pasti ada, tapi tidak harus membuat Aku larut di dalamnya.

Rencana itu memang telah gagal kawan, namun itu bukanlah akhir dari segala-galanya, bisa jadi ini merupakan awal dari sebuah kenyataan yang lebih indah dan penuh makna nantinya. Tentu Allah mentakdirkan ini semua bukan tanpa sebab dan hikmah. Karena Aku yakin apapun yang terjadi di bawah kolong langit Allah ini tidak mungkin terjadi tanpa sebuah hikmah. Termasuk gagalnya rencanaku yang telah aku susun rapi tadi. Hikmah akan dapat kita ambil jika kita mampu melihat persoalan kehidupan ini dari sisi positifnya.

Gagalnya rencana tadi bisa saja menjadi masalah bagiku dalam kehidupan ini. Karena masalah akan timbul karena adanya kesenjangan antara realita yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Dan gagalnya rencana tadi merupakan kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Namun hal itu, akan jadi masalah jika saja aku memandangnya dari sisi negatif. Dan aku tidak melakukan itu, sehingga kejadian itu tidak menabah koleksi masalah ke dalam kehidupanku. 

Aku melihat kegagalan sebuah rencana tadi dari sudut pandang positifnya saja. Aku ingin menarik sebuah hikmah dari kegagalan itu. Karena menurutku ini semua terjadi sudah merupakan bagian dari skanario Allah, Tuhan Semesta Alam. Kalau saja aku paksakan untuk tetap melaksanakan rencana itu, mungkin saja akan ada sebuah tragedi yang akan terjadi. Sebuah tragedi yang akan mengakibatkan kerugian pada diriku sendiri dan mungkin juga akan meugikan orang di sekelilingku nanti.


Kita memang hanya bisa berencana. Karena memang hanya sampai disitulah kapasitas kita selaku hamba Tuhan di muka bumi ini. Untuk memutuskan rencana itu bisa terlaksana atau tidak tetap merupakan bagian dari kuasa Allah. Allah lah yang telah mengariskan semuanya di muka bumi ini untuk kita. Dan kita selaku makhluknya tinggal mengikuti dan menjalankan aturan main tersebut. Ambil peran kita, dan berhentilah mengutuki Tuhan jika rencana kita gagal. 


Setiap rencana yang kita buat tentu memiliki dua kemungkinan. Mungkin saja rencana tadi akan berjalan dan terlaksana dengan sukses, atau bisa saja gagal berantakan seperti yang Aku alami saat ini. Yang pasti salah satu dari kedua kemungkinan itu akan kita alami dan rasakan. Nah, jika kita berani membuat rencana, maka haruslah siap dengan salah satu dari dua kemungkinan tadi. Jangan kita berfikir ketika kita berencana, lantas rencana itu akan berjalan sesuai yang diharapkan, belum tentu. Makanya harus siap dengan apapun yang terjadi, karena itu merupakan bagian dari takdir Tuhan buat kita.


Berharap untuk kelancaran sebuah rencana boleh saja, namun terlalu berharap itu yang keliru. Karena harapan yang terlalu berlebihan hanya akan menitiskan sebuah kekecewaan. Saya, anda, dan semua orang tentu tak ingin kecewa. Jika tidak ingin kecewa, berhentilah membuat harapan yang berlebihan untuk sebuah rencana yang kita susun. Karena jika kita sudah kecewa, itu artinya kita telah merusak hati dan perasaan kita sendiri. Jika itu terus saja terjadi maka siap-siaplah stress akan datang mengerogoti kita. Sebelum itu terjadi tidak ada salahnya kita berusaha untuk mencegah. Orang bijak mengatakan “mencegah lebih baik daripada mengobati”. 


Jangan terlalu larut dengan kegagalan sebuah rencana. Karena boleh jadi ada hal yang lebih baik buat saya, anda dan kita semua di balik kegagalan itu. Kadang Allah tidak berikan apa yang kita mau, namun Allah akan kasih apa yang kita butuh. “Tuhan tahu tapi menunggu”, (meminjam sebuah judul dari novel Andrea Hirata). Tak ada rencana yang sempurna, kawan.


Kita hanya bisa berencana, namun Allah jualah yang memutuskannya,….


*Oleh: Heru Perdana

[ Selengkapnya...]
Label:

Search

Tentang Saya

Foto Saya
Heru Perdana
Menulis adalah sarana pembebasan jiwa
Lihat profil lengkapku

Add Me on Facebook

Download

Download ebook gratis Download ebook gratis

Blog Info

free counters
Powered by  MyPagerank.Net

Followers